BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mineral adalah suatu bahan atau
unsur kimia, gabungan kimia atau suatu campuran dari gabungan-gabungan kimia
anorganis, sebagai hasil dari proses-proses fisis dan kimia khusus secara
alami. Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan mempunyai susunan atau
rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan, mendapat suatu struktur yang
sesuai, di mana ditentukan bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisiknya.
Bumi tersusun dari beberapa jenis batuan dan batuan terdiri dari
mineral-mineral dan sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik. Mineral
sendiri terdiri dari unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur dalam hal ini adalah
benda yang tak dapat lagi dipisahkan secara kimia. Atom adalah partikel
terkecil dari suatu unsur yang memiliki sifat-sifat unsur tersebut dan terlalu
kecil untuk dapat dilihat meskipun menggunakan mikroskop.
Mineral
optik adalah salah satu cabang keilmuan Geologi yang mempelajari tentang
mineral yang ada pada batuan. Masing-masing mineral memiliki sifat optik yang
berbeda, dari sisi itu kita mempelajari sifat optik di tiap mineral agar kita
mampu membedakan mineral satu dengan yang lainnya, walaupun terlihat sangat
mirip tapi masih bida dibedakan dari sifat optiknya. Contoh saat paralel nikol
muskovit dan kuarsa berwarna colorless, tapi saat cross nikol muskovit
akan memiliki warna terang dan kuarsa akan tetap colorless, dsb.
Ilmu
pengetahuan mineralogi menitik beratkan pada studi tentang pengamatan dan
pendeskripsian mineral-mineral penyusun batuan yang merupakan litologi dari
permukaan bumi. Pengamatan Mineral optik pada batuan ini diperlukan untuk
penentuan jenis atau nama batuan, karena terdapat batuan yang harus memalui
pemeriksaan mineral untuk mengetahui jenis batuan tersebut. Pengamatan mineral
optik ini menggunakan mikroskop polarisasi.
Laporan
akhir mineral optik dan petrografi ini dibuat sebagai syarat akhir dari
praktikum yang dilakasanakan di teknik geologi universitas islam riau.
1.2
Maksud Dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk
mengaplikasikan apa yang didapatkan proses belajar mengajar atau dalam
perkuliahan. Sedangkan tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan
praktikan dapat:
1.
Dapat menggunakan mikroskop polarisasi
2.
Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan
nikol sejajar, nikol silang dan pengamatan konoskop
3.
Menentukan nama mineral dari sifat-sifat optik yang
diamati
3.
Dapat membedakan antara mineral batuan beku, sedimen,
piroklastik, dan metamorf
4.
Mampu menentukan sifat optik mineral yang diamati antara
mineral Tectosilikat, nesosilikat, dam inosilikat
1.3
Batasan Masalah
Dalam hal ini penulis membahas beberapa
masalah :
A) Teori
dasar pendeskripsian batuan beku
B) Teori
dasar pendeskripsian batuan sedimen
C) Teori
dasar pendeskripsian batuan piroklastik
D) Teori
dasar pendeskripsian batuan metamorf
E) Xara
penggunaan mikroskop polarisasi
F) Sifat
optik mineral nikol sejajar
G) Sifat
optik mineral nikol silang
1.4
Metode Penulisan
Laporan
ini dibuat melalui metode pengamatan mineral optik di Laboratorium Teknik
Geologi Universitas Islam Riau, kemudian dengan rujukan melalui sebuah
blog/website, dan modul praktikum, yang kemudian diketik menjadi laporan akhir.
BAB
II
DASAR
TEORI
2.1 Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma.
Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari
cair menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal
mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat
berpengaruhterhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi
batuan sangatdipengaruhi oleh sifat magma sel.
Pada saat penurunan suhu akan melewatitahapan perubahan fase cair ke
padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal
maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila
energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuranhalus. Bila
pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dancairan
magma membeku menjadi gelas.
Batuan beku instrusif atau plutonik adalah batuan beku yang telah
menjadi kristal dari sebuah magma yang meleleh di bawah permukaan Bumi. Magma
yang membeku di bawah tanah sebelum mereka mencapai permukaan bumi disebut
dengan nama pluton. Nama Pluton diambil dari nama Dewa Romawi dunia bawah
tanah. Batuan dari jenis ini juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau
batuan beku intrusif.Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang
terjadi karena keluarnya magma ke permukaan bumi dan menjadi lava atau meledak
secara dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan.
Magma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun
kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari
proses-proses berikut ini ; penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau
perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
dideskripsikan, dan sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah
permukaan kerak bumi.Berdasarkan keterangan dari para ahli seperti Bapak Turner
dan Verhoogen tahun 1960, Bapak F.F Groun Tahun 1947, Bapak Takeda Tahun 1970,
Magma didefinisikan atau diartikan sebagai cairan silikat kental pijar yang
terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat tinggi yaitu antara
1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat yang dapat
bergerak dan terletak di kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma terdapat
bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile atau gas (antara lain air, CO2, chlorine,
fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile
ataunon gas yang merupakan pembentuk
mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.Dalam perjalanan menuju bumi
magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral pun akan terbentuk.
Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran.
2.1.1
Struktur dan Tekstur Batuan Beku
2.1.1.1. Struktur
batuan beku
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan
yang berbeda.Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu
pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan. Pada batuan
bekustruktur yang sering ditemukan adalah:
a. Joint struktur,
merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara
teratur tegak lurus arah aliran. Joint
struktur terbagi dua yaitu:
1) Columnar joint, yaitu kenampakan kekar berbentuk seperti
tiang-tiang berbentuk prisma.
2) Sheeting joint, yaitu kenampakan kekar dalam bentuk
lembaran-lembaran.
Gambar 1 Joint
b. Masif, yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran,
jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya
fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Gambar 2.Masif
c. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan
oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan
arah yang teratur.
Gambar 3.Vesikuler
d.
Skoria, yaitu struktur yang
sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan
arah yang tidak teratur.
Gambar 4.Skoria
e.
Pumisan, bila
lubang-lubang gas saling berhubungan.
f.
Aliran, bila ada
kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubanggas.
g. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas
telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau
karbonat.
Gambar 5. Amiglagloidal
e. Xenolitis,
yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen ataupecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
2.1.1.2.Tekstur batuan beku
Tekstur batuan bekuPengertian tekstur
batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineralyang ada di dalamnya, yang
meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir,
granularitas, dan hubungan antar butir (fabric).
Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,
maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelumdan sesudah kristalisasi. Pengamatan
tekstur meliputi :
a. Kristalinitas
Kristalinitas
merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut.
Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang
berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat
mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya
berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya
berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam
pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
1) Holokristalin,
Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalinmembeku
di dekat permukaan.
2) Hipokristalin,
Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
3) Holohialin,
Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau
sebagai fasies yang lebih kecil dari
tubuh batuan.
b.
Granularitas, dapat diartikan sebagai besar butir
(ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya terdapat dua kelompok tekstur ukuran
butir yaitu :
1) Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal
dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata
telanjang. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
a) Halus (fine),
apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
b) Sedang (medium),
apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
c) Kasar (coarse),
apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
d) Sangat kasar (very
coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
2) Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini
tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang sehingga diperlukan bantuan
mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas
atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
a) Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku
bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01
mm.
b) Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan
beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran
butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
c) Amorf atau glassy
atau hyaline, apabila batuan beku
tersusun oleh gelas.
3) BentukKristal
Bentuk kristal merupakan
sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal,
yaitu:
a) Euhedral,
jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
b) Subhedral,
jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
c) Anhedral,
jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga
dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
a)
Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
b)
Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari
satu dimensi yang lain.
c)
Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari
dua dimensi yang lain.
d)
Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.
4) Hubungan
Antar Kristal
Hubungan antar
kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan antara kristal atau
mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. hubungan antar kritak
dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut :
a) Equigranular,
yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran
sama besar. Berdasarkan keidealan
kristal-kristalnya, equigranular dibagi tiga, yaitu :
b) Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang euhedral.
c) Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang subhedral.
d) Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang anhedral.
e) Inequigranular,
yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar.
Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau
matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
2.1.2.
Klasifikasi
batuan Beku
Gambar 6.klasifikasi batu beku menurut
IUGS golongan Faneritik
Gambar 7.klasifikasi batuan Beku
golongan menurut IUGS afanitik
Gambar 8.gambar skema untuk batuan
gabbro dan ultra basa
2.1.3
Komposisi Batuan Beku
Menurut pendapat Huang, 1962, komposisi mineral
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Mineral Utama
Mineral utama
terbentuk secara langsung pada
waktu kristalisasi magma dan merupakan mineral yang menjadi penyusun utama yang membentuk batuan
beku. Macam-macam mineral utama, yaitu :
1) Mineral felsik
Mineral
yang berwarna terang, terdiri dari densitas rata-rata 2,5–2,7Mineral felsik terbagi
menjadi dua :
a) Kuarsa,warna : putih, tak berwarna, abu-abu sampai berwarna coklat.
b) Plagioklas, warna : putih abu-abu dan coklat
c) Orthoklas, warna : putih, coklat dan merah jambu
d) Muscovit, warna : tak berwarna
(bening) abu-abu, kehijauan atau coklat muda.
2) Mineral mafik
Mineral mafik
adalah mineral yang berwarna
gelap, densitas rata-rata 3,0 – 3,6 yaitu:
a)
Olivin (Mg, Fe)2SiO4, Warna : hijau, kemerahan
dan kuning kecoklatan
b)
Piroksin (Ca, Mg, Fe)SiO4, Warna : hitam kehijauan
c)
Hornblende (NaCa(Mg, Fe)Al2Si6O22),
Warna : hijau-coklat
d)
Biotit K2(Fe, Mg)3( AlSiO10)(OH)2, Warna : hitam-coklat
b. Mineral Sekunder
Mineral
tersebut merupakan mineral dari
ubahan mineral utama yang disebabkan oleh proses pelapukan,
reaksi hidrotermal maupun
hasil metamorfosa terhadap
mineral utama. Dengan demikian
tersebut tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik) dan mineral tersebut
antara lain adalah :
1) Kelompok kalsit, kelompok ini merupakan ubahan dari mineral Plagioklas,
terdiri dari Kalsit, Dolomit, Magnesit.
2) Kelompok serpentin, kelompok ini
merupakan ubahan dari mineral olivin dan
piroksin, terdiri dari Antigonit dan Crisotil. Mineral
ini banyak terdapat
pada batuan serpentinit
3) Kelompok klorit Kelompok ini
merupakan ubahan dari mineral Plagioklas, terdiri dari proktor, talkdan
lain-lain.
4) Kelompok serisit, kelompok ini merupakan ubahan dari mineral plagioklas
5) Kelompok kalorin, kelompok ini merupakan ubahandari
feldspar yang terdapat
dalam batuan beku yang
terdiri dari Kaolimit dan Kallosit
c. Mineral Tambahan
Mineral
tambahan merupakan mineral yang terbentuk
pada waktu kristalisasi magma,
dengan jumlah yang sangat kecil.
Mineral-mineral ini tidak
selalu ada pada tiap batuan beku.
Terdiri dari :
1) Hematit
2) Kromit
3) Magnetit
4) Rulit
5) Pirit
6) Apatit
2.2 Batuan sediment
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material
hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan ( Pettijohn, 1975 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar
sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa
kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan
beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen.
Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil
dari kerak bumi.Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang
terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5%
dan batu gamping kira-kira 80% ( Pettijohn, 1975 )..
Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari
batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1. Batuan Sedimen Klastik; Yaitu batuan sedimen yang
terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan
terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.
2. Batuan Sedimen Non Klastik; Yaitu batuan sedimen
yang tidak mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah kimiawi dan
organis.
Sifat – sifat utama batuan sedimen :
- Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
- Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
- Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
- Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.
2.2.1. Struktur dan Tekstur batuan sedimen
2.2.1.1Struktur
batuan sedimen
Struktur sedimen merupakan suatu
kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses
pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu
pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan.(Pettijohn & Potter,
1964 ; Koesomadinata , 1981)
Pada batuan sedimen dikenal dua
macam struktur, yaitu :
· Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen,
disebut juga sebagai struktur primer.
· Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar,
dan lipatan.
2.2.1.2 Tekstur batuan sedimen
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang
menyangkut butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi.
Tekstur batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang
telah dialami batuan tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya,
tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan
batuan sediment. Secara umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu
tekstur klastik dan non klastik.
a)
Tekstur klastik
Unsur
dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
· Fragmen : Batuan yang ukurannya lebih besar dari pada pasir.
· Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan
diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
· Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan setelah
fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silika, kalsit, sulfat atau oksida
besi.
- Bentuk Butir
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir,
ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987.
Butiran dari mineral yang resisten seperti kuarsa dan zircon akan berbentuk
kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti
feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran
pasir. Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis
butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin bundar.
Pembagian kebundaran :
a)
Well rounded (membundar baik)
Semua
permukaan konveks, hampir equidimensional, sferoidal.
b)
Rounded (membundar)
Pada
umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar.
c)
Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan
umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.
d)
Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan
pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
e)
Angular (menyudut)
Permukaan
konkaf dengan ujungnya yang tajam.(Endarto:2005)
- Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun
batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,
pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen
klastik. Bebrapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu
:
·
Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar.
·
Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan
fragmen.
-
Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas,
yaitu :
o
Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan
(mengambang dalam matriks).
o
Kemas tertutup :
butiran saling bersentuhan satu sama lain.
2.2.2 Klasifikasi Batuan Sedimen
Persentase penyebaran batuan sedimen di bumi
ini hanya 5% dari penyebaran batuan yang ada di bumi. Namun untuk keberadaannya
di permukaan bumi, batuan sedimen tersebar sangat luas hingga menutupi ± 75%
dari luas permukaan bumi dengan ketebalan beberapa centimeter sampai beberapa
kilometer.
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu : Golongan detritus kasar, golongan detritus halus, golongan karbonat, golongan silika, golongan evaporit, dan golongan batubara.
Gambar 9.Golongan batuan sedimen utama serta
proses-proses pembentukannya
(Koesoemadinata,
1985)
Berikut penjelasan dari masing-masing
golongan tersebut.
1. Golongan Detritus Kasar
adalah bataun sedimen yang diendapkan dengan
proses mekanis. yang termasuk kedalam golongan ini diantaranya: breksi,
konglomerat dan batupasir. Lingkungan pengendapannya pada umumnya di sungai (fluvial), kipas aluvial (aluvial van) dan sub marine van.
2. Golongan Detritus Halus
Golongan ini pada umumnya diendapkan
dilingkungan laut, dari laut dangkal sampai laut dalam. yang termasuk ke dalam
golongan ini antara lain batuserpih (shale),
batulanu (siltstone),
batulempung (claystone) dan
napal.
3. Golongan Karbonat
Batuan golongan karbonat ini pada umumnya
terbentuk dari sekumpulan cangkang moluska, algae, foraminifera atau lainnya
yang bercangkang kapur. Jenis batuan ini banyak sekali, tergantung material
penyusunnya.
4. Golongan Silika
Batu jenis ini tersebar hanya dalam junlah sedikit dan terbatas. Golongan batuan ini merupakan gabungan antara proses organik dan kimiawi. Contoh batuan golongan ini adalah rijang (chert), radiolaria dan diatom (diatomea).
5. Golongan Evaporit
Pada umumnya batuan ini terbentuk di
lingkungan danau atau laut yang tertutup dan syarat terjadinya batuan sedimen
ini harus berada pada air yang memiliki kandungan larutan kimia yang cukup
pekat. yang termasuk ke dalam golongan evaporit ini adalah gipsum, batu garam,
anhydrit dan lain-lain.
6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur
organik, seperti tumbuhan yang telah mati dan kemudian terkubur di dalam tanah
oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak terjadi pelapukan.
Lingkungan pengendapan batubara biasanya di lingkungan rawa, delta dan
danau.
2.3. Batuan Piroklastik
Batuan
piroklastik atau pyroclastics (berasal dari bahasa Yunani πῦρ, yang berarti api; dan κλαστός, yang berarti rusak)
adalah bebatuan clastic semata-mata atau terutama terdiri dari material
vulkanik. Mana materi vulkanik telah diangkut dan ulang melalui tindakan
mekanis, seperti oleh angin atau air, batu-batuan ini disebut volcaniclastic.
Umumnya terkait dengan aktivitas gunung berapi ledakan seperti Plinian atau
letusan Krakatau gaya, atau letusan phreatomagmatic piroklastik deposito yang
umumnya terbentuk dari udara abu, dan bom lapilli atau blok yang dikeluarkan dari
gunung berapi itu sendiri, dicampur dengan negara hancur batu.
Batuan
piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari agglomerates
terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu. Pyroclasts dengan ukuran yang
berbeda diklasifikasikan sebagai bom vulkanik, lapilli dan abu vulkanik. Abu
dianggap piroklastik karena debu halus terbuat dari batu vulkanik. Salah satu
bentuk yang paling spektakuler adalah deposito piroklastik ignimbrites,
deposito dibentuk oleh suhu tinggi gas dan abu campuran dari aliran piroklastik
acara.
Tiga
jenis transportasi dapat dibedakan: aliran piroklastik, aliran piroklastik, dan
piroklastik jatuh. Selama letusan Plinian, batu apung dan abu yang terbentuk
ketika magma silicic terpecah dalam saluran vulkanik, karena dekompresi dan
pertumbuhan gelembung. Pyroclasts kemudian entrained dalam letusan apung
membanggakan yang dapat naik beberapa kilometer ke udara dan menyebabkan bahaya
penerbangan. Partikel jatuh dari awan letusan bentuk lapisan di tanah (ini
jatuh atau tephra piroklastik). Piroklastik kerapatan arus, yang disebut
sebagai 'aliran' atau 'gelombang', tergantung pada konsentrasi partikel dan
tingkat turbulensi, kadang-kadang disebut bercahaya longsoran. Deposit batu
apung yang kaya aliran piroklastik dapat disebut ignimbrites.
Sebuah
letusan piroklastik mensyaratkan meludah atau "fountaining" lava, di
mana lava akan dilemparkan ke udara bersama abu, bahan piroklastik, dan
vulkanik produk sampingan lainnya. Hawaii letusan seperti di Kilauea dapat
mengeluarkan gumpalan magma ditangguhkan menjadi gas; ini disebut 'api air
mancur'. Pembekuan magma, jika cukup panas mungkin menyatu atas arahan untuk
membentuk aliran lahar. Terdiri dari endapan piroklastik yang tidak pyroclasts
disemen bersama-sama. Batuan piroklastik (tuff) adalah deposito piroklastik
yang telah lithified. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari
letusan gunung api (berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun
seringkali bersifat klastik. Menurut william
(1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik
yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung
api, dengan material asal yang berbeda, dimana material penyusun tersebut
terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (“rewarking”) oleh air atau es.
Tekstur
Batuan piroklastik
Pengertian
tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada
di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental. Pengamatan tekstur meliputi :
1. Glassy
Glassy
adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut ialah
glass.
2. Fragmental
Faragmental
ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut ialah
fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
Struktur Batuan
Struktur
adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.pengertian
struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar
atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan
adalah:
a.
Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang
gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini
dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
-
Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
-
Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
-
Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.
c.
Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan
endapan dari fragmen-fragmen letusan gunung api.
d. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam
batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :
·
Holokristalin
Tekstur
batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral yang
membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung
begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk
kristal yang relatif sempurna.
·
Hipokristalin
Tekstur
batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk kristal
dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi
berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan
bentuk kristal yang kurang.
·
Holohyalin
Tekstur
batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya berbentuk
gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung relatif
singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk
yang sempurna.
e. Ukuran Batuan
Ukuran batuan yang dihasilkan dari
letusan gunung api terbagi menjadi 4, antara lain :
1. Bomb ( d > 64 mm)
Bomb
adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64 mm.
2. Block (d > 64 mm)
Block
adalah batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen
batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
3. Lapili (d = 2 – 64 mm) Lapili berasal dari bahasa latin lapillus,
yaitu nama untuk hasil erupsi ekplosif gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm.
4. Debu / ash (d < 2 mm)
Debu
adalah batuan piroklastik yanh berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan oleh
pelelmparan dari magma akibat erupsi ekplosi.
2.4.Struktur Batuan Piroklastik
Struktur
batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan beku, seperti
struktur skoria, vesikuler, massive maupun amikdoloidal maupun struktur batuan
sedimen, yaitu struktur perlapisan graded bedding atau cross bedding.
Klasifikasi
penamaan batuan piroklastik secara umum dibedakan atas :
2.3.1. Klasifikasin
Batuan Piroklastik
1.
Klasifikasi berdasarkan fragmen
piroklastiknya ( Fisher, 1966 dan Schimid, 1981 ) yaitu :
~ Anglomerat, bila batuan disusun oleh
fragmen piroklastik dominan berupa bom yang berukuran > 64 mm.
~ Breksi piroklastik, bila batuan
disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa blok yang berukuran > 64 mm.
~ Breksi tufa, bila batuan disusun
oleh percampuran fragmen piroklastik blok maupun ash.
~ Tufa, bila batuan disusun oleh
fragmen piroklastik berupa ash dan lapilli dimana ash lebih dominan.
~ Tufa lapilli, bila batuan disusun
oleh fragmen piroklastik berupa lapili dan ash dimana lapilli lebih dominan.
Oleh Schimid (1981), tufa lapili disebut juga lapilli.
Size
(mm)
|
Wentworth
William
1932
|
Twen
Hofel
1950
|
Fisher
1961
|
256
128
64
32
10
8
4
2
0.5
0.250
0.125
0.0825
|
Blocks = Volcanik breccia
Bomb = anglomerat
Lapili =
Lapili tuff
Coarse ash = Fine ash
Fine ash (Fine tuff)
|
Bombs
Lapili
Coarse ash
Fine ash
|
Coarse Blocks
and
Fine Bomb
Lapili
Coarse ash
Fine ash
|
Tabel 1. Klasifikasi batuan piroklastik oleh
Wentworth, william (1932), Twen Hofel (1950), Fisher (1961)
2. Klasifikasi untuk tufa, berdasarkan
pada material penyusun tufa ( W. T. G,
1954 ) dibedakan atas :
~ Tufa gelas, tufa yang dominan
disusun oleh material gelas.
~ Tufa kristal, tufa yang dominan
disusun oleh material kristal.
~ Tufa litik, tufa yang dominan
disusun oleh material litik.
Batuan
Piroklastik yang terbentuk melalui ekstrusif mengalami pelapukan, kemudian
tererosi dan tertransportasi kedaerah cekungan dan terendapakan membentuk
sedimen tufa yang disebut dengan “ Batuan Epiklastik “.
2.4.
Batuan Metamorf
Batuan
metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan aslinya, berlangsung
dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P) yang
tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan malihan atau ubahan,
demikian pula dengan prosesnya, proses malihan. Proses metamorfisme atau
malihan merupakan perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan, namun
dibedakan denag proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga merupakan
proses dimana terjadi perubahan. Proses metamorfosa berlangsung akibat
perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, diatas 200°C
dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan proses diagenesa
berlangsung pada suhu dibawah 200°C
dan proses pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauh dibawahnya, dalam
lingkungan atmosfir.
Preses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai:
”Perubahan
himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat (solid slate)
pada suhu diatas 200°C dan tekanan 300 Mpa”.
Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak dan fragmen kerak
bertabrakan, batuan terkoyak, tetarik (extended), terlipat, terpanaskan dan
berubah dengan cara yang kompleks. Tetapi meskipun batuan sudah mengalami
perubahan dua kali atau lebih, biasanya bekas atau bentuk batuan semula masih
tersimpan, karena perubahannya terjadi dalam keadaan padat. Padat tidak seperti
cair atau gas cenderung untuk menyimpan peristiwa-peristiwa (events)
pengubahannya. Diantara kelompok batuan, batuan metamorf merupakan yang paling
kompleks, tetapi juga paling menarik karena didalamnya tersimpan semua cerita
yang telah terjadi pada kerak bumi.
2.4.1. Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf
2.4.1.1.Struktur Batuan Metamorf
1. Foliasi
Struktur
paralel yang ditimbulkan oleh mineral – mineral pipih sebagai akibat dari
proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan boleh mineral – mineral prismatic
yang menunjukkan orientasi – orientasi tertentu. Dihasilkan oleh proses
metamorfisme regional, kataklastik.
a. Struktur Skistose:
struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit,
felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik:
struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral
granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage:
sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus
(dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic:
sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah
mulai agak kasar.
2. Non-Foliasi
Struktur
yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang terdiri dari butiran
butiran granular. Dihasilkan oleh proses metamorfisme kontak.
a.
Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran
mineral relatif seragam.
b. Struktur
Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan
asal.
c. Struktur Milonitik:
struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang
berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik:
struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk
paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah
mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser:
sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang
tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen:
sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar
dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose:
sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi:
struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous.
2.4.1.2 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur yang berkembang selama
proses metamorfisme secara tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang
mempunyai akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi
kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara
umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata;
kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris
(pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat
mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast
sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast.
Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih
besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast
dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat
daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material
yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah
kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal);
dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur
helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran
yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini
disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik
(penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam
butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast.
1. Tekstur
Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan
dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan
kenampakan yang sama sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata
–blastik. Berbagai kenampakan tekstur batuan metamorf dapat dilihat pada Gambar
3.13.
a. Tekstur Porfiroblastik: sama
dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastik: tekstur
yang memperlihatkan butir-butir mineral seragam.
c. Tekstur Lepidoblastik: tekstur
yang memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan berarah dengan bentuk
mineral pipih.
d. Tekstur Nematoblastik: tekstur
yang memperlihatkan adanya mineral-mineral prismatik yang sejajar dan terarah.
e. Tekstur Idioblastik: tekstur
yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik: sama dengan
tekstur idoblastik, namun mineralnya berbentuk anhedral.
Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan
dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya
menggunakan awalan kata –blasto.
a. Tekstur Blastoporfiritik:
tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.
b. Tekstur Blastopsefit: tekstur
yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari
pasir.
c. Tekstur Blastopsamit: sama
dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya sama dengan pasir.
d. Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal
sedimen yang ukuran butirnya lempung.
Gambar 10. Tekstur batuan metamorf
(Compton, 1985).
2.4.2. Klasifikasi Batuan Metamorf
Jenis batuan
metamorf penamaannya hanya berdasarkan
pada komposisi mineral, seperti: Marmer
disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal bertekstur
granoblastik. Kuarsit adalah batuan
metamorfik bertekstur granobastik dengan
komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi
dari batupasir atau chert/rijang.
Secara
umum jenis batuan metamorfik yang
lain adalah sebagai berikut:
·
Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisiutamanya adalah ampibol (biasanya hornblende) dan
plagioklas.
·
Eclogit: Batuan yang
berbutir sedang komposisi
utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan
garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi
kimia seperti basal, tetapi
mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
·
Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral
(terutama kuarsa, felspar, sedikit
garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari
lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
·
Hornfels: Berbutir halus,
batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang
equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa
fenokris mungkin ada. Butiran-butiran
kasar yang sama disebut granofels.
·
Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang
dihasilkan oleh pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan
mungkin menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas
jumlah dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan
kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
·
Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari
mineral-mineral dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk,
dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat
feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
Tekstur
|
Foliasi
|
Komposisi
|
Tipe
|
Batuan Asal
|
Nama Batuan
|
Foliasi
|
slaty
|
Mika
|
regional
|
Mudstone
|
slate
|
phylitic
|
kuarsa, mika, klorit
|
regional
|
Mudstone
|
Phylite
|
|
Schistose
|
kuarsa, mika
|
regional
|
Slate
|
Schist
|
|
Schistose
|
amphibol, plagioklas
|
regional
|
Basalt atau gabro
|
Amphibolites
|
|
gneiss banding
|
feldspar, mika, kuarsa
|
regional
|
Schist
|
Gneiss
|
|
non foliasi
|
Karbon
|
kontak atau regional
|
bituminous coal
|
anthracite coal
|
|
kuarsa, fragmen batuan
|
kontak atau regional
|
Conglomerate
|
Metaconglomerate
|
||
Kalsit
|
kontak atau regional
|
Limestone
|
Marble
|
||
Kuarsa
|
kontak atau regional
|
Sandstone
|
Quartzite
|
||
|
BAB III
METODOLOGI
3.1 Penggunaan Mikroskop
Polarisasi
Pencahayaan mikroskop sangat baik
jika berasal dari arah utara; jika tidak mampu dari timur.Jangan menggunakan
sinar matahari langsung.Meja (bangku) harus kuat, dan pengamat harus nyaman
menggunakannya. Mikroskop harus terletak tepat di depan pengamat, kedua tangan
leluasa mengoperasikannya. Jangan menutup mata sebelah, mata yang tidak dipakai
untuk mengamati dibiarkan terbuka, agar tidak jereng atau mudah
lelah.Pencahayaan harus cukup mampu menerangi pengamatan paralel nikol dan
silang nikol.
Agar mata tidak sakit, praktikan
disarankan memfokuskan pengamatan dengan menaikkan power, dari pada
menurunkannya — agar dapat menghindari kalau-kalau lensa menyentuh preparat dan
memcahkannya
Tempatkan pandangan (mata) setinggi
dengan okuler, perlambatkan dalam memutar screw jika jarak obyektif dan
preparat sangat dekat.
Lakukan pengamatan hanya jika obyek pengamatan benar-benar
telah fokus.
a.
Tip Menggunakan Mikroskop Polarisasi
- Pada mineral tak-berwarna (ct. kuarsa), sebaiknya mengurangi pencahayaannya, dan memperhatikan adanya rongga atau inklusi.
- Rongga / inklusi memiliki kenampakan yang hampir sama
- Sebaiknya menjaga betul-betul agar lensa dan nikol dapat awet dan meningkat efisiensinya.
- Jangan membiarkan lensa mikroskop terkena sinar matahari langsung dan / uap radiator.
- Lensa harus dijaga agar terbebas dari debu. Lensa obyektif jangan sampai bersinggungan dengan cover glass, karena akan tergores
3.2
Fungsi dan bagian mikroskop polarisasi
1.
Kaki mikroskop
|
Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya pengganti cermin.
2. Lengan Mikroskop, terdiri atas :
- Substage Unit
Bagian-bagiannya : Polarisator atau “lower
nicol”, Diafragma Iris, dan Kondensor.
·
Polarisator (“lower nicol”)
Merupakan
suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid (Gambar 2-E), berfungsi
untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga
hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa
diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah
getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau
E-W.
·
Diafragma Iris
Terdapat di atas polarisator,
alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara
mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan
faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata
pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda.
Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang
ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi
sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”.
3.
Meja Objek
Bentuknya berupa piringan yang berlubang di
bagian tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi
sebagai tempat menjepit preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada
sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0o
sampai 360o. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup
pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).
·
Tubus Mikroskop
Bagian ini terletidak di atas meja objek dan
berfungsi sebagai unit teropong, yang terdiri atas beberapa bagian antara lain
lensa objektif, lubang kompensator, analisator, lensa amici bertrand dan lensa
okuler.
·
Lensa objektif
Merupakan bagian paling bawah dari tubus
mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral
dari meja objek. Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa
objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan
biasanya perbesaran yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
·
Analisator
Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya
hampir sama dengan polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya
saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan
tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang)
·
Lensa okuler
Terdapat pada bagian paling
atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dan
sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat
benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan objek pengamatan.
3.3 Sifat Optis Mineral pada Nikol Sejajar/Paralel Nikol (Plane
Polarized Light/PPL)
Yang
dideskripsikan saat paralel Nikol itu ada lima :
a. Warnamineral
adalah pencerminan dari daya serap atau absorpsi panjang gelombang tertentu dari
cahaya atau sinar yang masuk. Warna saat paralel nikol itu kadang beragam ada
yang tidak berwarna, gelap, atau bahkan sinar itu tidak masuk ke mineral tapi
terpantul lagi sehingga, akan sama berwarna gelap tapi itu karena sinarnya
mantul. Ini ada 2 jenis warna :
a.1 Opak : Mineral tidak tembus cahaya. Ini kaya mineral logam seperti besi, dkk. Mineral ini tidak bisa dibedakan dengan mikroskop polarisasi seperti ini tapi menggunakan mikroskop refleksi. Jadi bedalah, ada kuliahnya lagi untuk mineral opak. Warna hitam ini terjadi karena cahaya dari bawah dipantulkan dan tidak dilanjutkan ke atas ke mata kita.
a.2 Mineral tembus cahaya : apabila diberi cahaya akan menampilkan bermacam-macam warna. Dengan mikroskop polasrisasi. Ada 2 tipe cara pemantulan cahaya saat ada di dalam mineral/atau di struktur kristalnya.
a.2.1 Isotrop : dipantulkan kesegala arah dengan kecepatan sama. Saat cross nikol warnanya akan gelap. Kalian tahu sistem kristal isometrik saat sumbu a=b=c. Saat itu cahaya dipantulkan ke segala arah dengan kecepatan yang sama sehingga berwarna gelap. Jadi saat mineral disayat dan didapatkan bagian yang isometrik maka hasilnya akan gelap saat cross nikol. Contoh bisa pada kuarsa saat dipotong tegaklurus sumbu c nya. Sumbu c adalah sumbu terpanjang di sistem kristal.
a.2.2 Anisotrop : Dipantulkan ke segala arah dengan kecepatan yang berbeda-beda, Sehingga gabungan warna dari cahaya itu akan menghasilkan warna yang berbeda-beda juga.
b. Bentuk : Pada pengamatan bentuk mineral secara optik mikroskopik, maka bentuk yang dapat kita amati adalah bentuk mineral dalam kondisu dua dimensi, tetapi dengan bantuan struktur dalam mineral yang dapat teramati seperti halnya bidang belah atau cleavege, maka kita dapat menafsirkan akan struktur kristal dari mineral tersebut. Berdasarkan kenampakan bentuk mineral dalam kondisi dua dimensi maka kita dapat merefleksikannya kedalam bentuk 3 dimensi. Yang kita deskripsi bentuknya bisa segiempat, menjarum, dsb dan juga lihat batas-batasnya dengan mineral lain, euhedral, subhedral atau anhedral.
c. Pleokroisme : merupakan perubahan warna yang terjadi bila meja mikroskop diputar 360, karena adanya perbedaan daya absorpsi dari sumbu-sumbu kristal terhadap kedudukan analisator dan polarisator. Macam-macamnya :
1. Dikroik, biasanya dimiliki oleh mineral-mineral ysng mempunyai sistem kristal trigonal dan heksagonal, pada perputarannya antara 0-90 terjadi 2 kali.
2. Tikroik, biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal orthorombik, triklinik, monoklin. Warna pleokroik ini bergantung pada sumbu X, Y, Z.
Mineral yang memiliki pleokroisme tinggi diantaranya
biotit, hornblenda, dll. Pada deskripsi jelaskan juga perubahan warnanya dari
warna apa ke warna apa. Contoh pleokroisme kuat/sedang/lemah dari tidak
berwarna-coklat pucat.
d. Indeks bias : adalah suatu angka (konstanta) yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut pantul (n=sin i/ sin r). Indeks bias juga merupakan fungsi dari sinar didalam medium yang berbeda-beda.
Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara absolut
dengan menggunakan minyak imersi maupun relatif dengan memperhatikan relief dan
dibandingkan dengan pergerakan garis becke. Sebenarnya penentuan indeks bias
menggunakan garis becke adalah permainan cahaya, saat objek kita jauhkan atau
meja objek diturunkan, kita lihat pergerakan garis beckenya. Garis becke akan
mendekati indeksbias yang lebih tinggi saat dijauhkan. Contoh garis becke masuk
kedalam mineral saat dijauhkan, berarti nmin>ncb.
Begitu juga sebaliknya.
Semua kristal yang bersistem isometrik tergolong
sebagai zat isotropik dengan demikian mempunyai satu harga indeks bias,
sedangkan yang bersistem orthorombik, monoklin atau triklin mempunyai tiga
harga indeks bias.
e. Relief : merupakan kenampakan yang timbul akibat perbedaan indeks bias antara suatu media dengan media yang mengitarinya. Dengan kata lain, bahwa cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke media lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, maka akan mengalami pembiasan/pemantulan pada batas sentuhan antara kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan indeks bias kedua bahan, maka semakin jelas/menonjol bidang batas antara keduanya. Jika dua bahan tersebut mempunyai harga indeks bias sama, maka bidang batasnya akan tidak nampak sekali. Selain dilihat dari kontak antara 2 mineral, relief juga bisa dilihat dari garis-garis yang ada di dalam mineral tersebut. Contoh : Olivin memiliki relief tinggi, kuarsa rendah.
3.4 Sifat Optis Mineral pada Nikol Silang/Cross Nikol (Cross
Polarized Light/XPL)
Ada 4
pengamatan yang diamati di cross nikol:
a. Bias Rangkap
(Bire Fringence) : adalah angka yang menunjukkan perbedaan indeks bias
sinar ordiner dan extraordiner.
Bukan saja antara mineral, BF dalam satu mineral pun
akan berbeda, perbedaan itu dipengaruhi :
1. Macam Sayatan
(//c atau hampir //c)
2. Ketebalan
sayatan. Karena saat pemolesan tidak selalu rata, mungkin ada yang ngejendol
dikitnya haha. Ketebalan sayatan yang umum dipakai 30 mm.
3. Macam sinar
yang masuk dan besarnya cahaya yang masuk, dimana setiap sinar yang masuk
mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Maka disarankan saat analisis BF
tidak boleh merubah besar cahaya yang masuk tapi cukup mengurangi atau
menambahi kondensornya, biar panjang gelombangnya tetap sama.
Gambar 12.Michel levy
color chart, karena tebal juga bisa mempengaruhi warna BF.
sumber
gambar http://home.hiroshima-u.ac.jp/er/ES_OMS.html
b. Orientasi :
Orientasi merupakan hubungan antara arah-arah sumbu optik dengan sumbu-sumbu
kristalografinya. Tujuan penentuan morientasi mineral ini untuk mengetahui
kedudukan sumbu-sumbu indikatrik di dalam suatu mineral. Macam-macam orientasi
berdasarkan tingkat perbedaan kecepatan cahaya yang merambat didalam mineral
yang anisotropik.
1. Orientasi length slow berarti sumbu terpanjang indikatriks getaran sinar lambat sejajar sumbu c sebagai arah sumbu terpanjang kristal.
2. Orientasi length fast berarti sumbu terpanjang indikatriks tegak lurus sumbu c.
Untuk mengetahui orientasi ini
dengan mengamati 2 gejala, yaitu gejala addisi dan gejala subtraksi. Catatan :
Gejala saat pengamatan bisa sama atau beda, tapi ingat Orientasi mineral yang
kita amati akan sama. Contoh gejala yang dilihat bisa adisi atau subtraksi tapi
orientasinya pasti sama LS atau LF. Ibarat liat uang gopean, gejalanya itu
angka atau gambar, tapi orientasinya itu pasti duit gopean, gejala tergantung
dari posisi sumbu c dan sumbu indikatriks terpanjangnya.
c. Pemadaman : merupakan proses penggelapan yaitu akibat perulangan pembiasan yang diperoleh dengan merubah-rubah posisi mineral terhadap kedudukan analisator dan polarisator. Jadi pemadaman dapat terjadi apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak lurus dengan bidang-bidang getar polarisator dan analisator. Macam-macam pemadaman :
1. Pemadaman
paralel : bila pemadaman terjadi pada posisi 0. Contoh olivin, biotit, muskovit
2. Pemadaman
miring : bila pemadaman terjadi pada posisi 0<x<45. Contoh hornblenda
3. Pemadaman
simetri : bila pemadaman terjadi pada posisi 45. Contoh kalsit, dolomit
Untuk tahu pemadaman kita harus tau
sumbu c krital, kadang tak semuamineral memiliki sumbu c yang jelas seperti
kuarsa atau olivin karena bentuknya yang anhedral, sehingga menentukan jenis
pemadamannya cukup liat dari literatur saja. Kalo gak percaya tanya aja, pak
mana sumbu c dari olivin ma kuarsa? Kan bentuknya dekok teu paruguh hehehe...
d. Kembaran :
adalah kenampakan pada mineral akibat adanaya pertumbuhan 2 kristal secara
bersamaan pada proses pengkristalan. Coba kalian baca lagi mengenai proses
solid solution yang dari albit-anorthosit. Ada hubungannya ko kenapa terjadi
kembaran. Yang paling sering terlihat di mineral plagioklas, tapi kembaran juga
bisa dilihat di mineral lain seperti piroksen, yang disebut kembaran
polisintetik. Macam-macam kembaran pada mineral plagioklas :
1. Kembaran Carlsbad : yang dicirikan oleh kembaran berupa pasangan gelap dan terang dalam jumlah yang hanya satu pasangan.
2. Kembaran albit:
yang pasangan gelap terangnya lebih dari satu pasangan.
3. Kembaran
carlsbad-albit : yang pasangan gelapnya gabungan antara kembaran carlsbad dan
kembaran albit.
Penentuan mineral plagioklas apakah dia anorthosit, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas atau albit (ABLAOA) dibedakan dari sudut pemadamannya dan lihat dikurva Michele Levy untuk kembaran bukan yang BF. Hehehe.. Ingat ada tekniknya dalam penentuan sudut kembaran dan pemilihan plagioklas yang tepat. Tanya dosen atau asisten praktikum, soalnya dulu banyak yang salah dalam pemilihan mineral plagioklasnya, ada kriteria tertentu.
Ada trik antara membedakan mineral deret Bowen:
1. Untuk
mineral mafik seperti keluarga olivin, piroksen, hornblende dan biotit dia punya
ciri :
a.
Relief tinggi
b. BF tinggi orde 2-3
c. Warna coklat
2. Untuk mineral felsik seperti keluarga plagioklas,
K-feldspar, Muskovite, Kuarsa punya ciri:
a. Relief rendah
b. BF rendah orde 1, kecuali muskovite
c. Tidak berwarna
Penamaan Mineral di Sayatan Tipis
Pada kegiatan praktikum, tujuan
akhhirnya adalah kalian bisa menentukan nama-nama mineral yang ada di sayatan
tersebut. Pada mulanya, kalian akan diberikan sayatan yang isinya mineral
pembentuk batuan seperti olivin, piroksen, amfibol, biotit, k--feldspar,
muskovite, kuarsa dan plagioklas. Sebenernya itu bukan nama mineral aslinya,
itu adalah nama grup mineral. Namanya grup pasti ada anggotanya, tapi umumnya
masih terlihat sama. Jadi sekarang saya akan jelaskan perbedaan antar mineral
grup yang anda bisa tebak dengan sekali lihat.
1. Pembeda mineral mafik dan felsik di paralel nikol
1.a Contoh paralel nikol pada mineral mafik dan felsik
Gambar 13.Mineral
mafik. Mineral fayalite, anggota dari grup mineral olivine. Ini adalah tampak
dari paralel nikol, ciri khas dari mineral mafik yaitu relief tinggi (dilihat
dari garis-garis tebal di dalam mineral fayalite), warnanya coklat.
Gambar 14.Mineral
mafik. Mineral diopside . anggota
dari submineral clinopyroxene dan anggota dari grup mineral pyroxene. Ini
adalah tampak dari paralel nikol, ciri khas dari mineral mafik yaitu relief
tinggi (, warnanya agak coklat (tidak terlihat colorless ).
Gambar 15.Mineral
felsik. Mineral kuarsa. Ini tampak paralel nikolnya, ciri khas mineral felsik
ia reliefnya rendah (dilihat tidak adanya garis-garis tebal di dalam mineral
kuarsanya), warnanya colorless, beda kan dengan mineral mafik yang kecoklatan.
Gambar 16.Mineral
felsik. Mineral muskovite, subgrupnya muscovite, grup mineralnya mica, ciri
khas mineral felsik ia reliefnya rendah (dilihat tidak adanya garis-garis tebal
di dalam mineral muskovitenya), warnanya colorless, beda kan dengan mineral
mafik yang kecoklatan.
1.b Contoh cross nikol pada mineral mafik dan felsik
Gambar 17.Mineral
mafik. Mineral fayalite, anggota dari grup mineral olivine. Ini adalah tampak
dari cross nikol, ciri khas dari mineral mafik yaitu BF/biasrangkap tinggi
(dilihat dari warna mineral yang terang dan berwarna, kalo bf rendah warnanya
abu-abu sampai gelap).
Gambar 18.Mineral
mafik. Mineral diopside, anggota dari subgrup clinopyroxene dan grup mineral
pyroxene. Ini adalah tampak dari cross nikol, ciri khas dari mineral mafik
yaitu BF/biasrangkap tinggi (dilihat dari warna mineral yang terang dan
berwarna, kalo bf rendah warnanya abu-abu sampai gelap).
Gamabar 19.Mineral
felsik. Mineral kuarsa. Tampak cross nikol, ciri khas mineral felsik adalah
BFnya yg rendah (putih-gelap)
Gambar 20.Mineral
felsik. Mineral muskovite, subgrup muscovite, mineral grup mica. Tampak cross
nikol, ciri khas mineral felsik adalah BFnya yg rendah (putih-gelap) tetapi ada
pengeculian untuk mineral subgrup muskovite, yaitu BFnya tinggi seperti mineral
mafic, seperti yang sudah saya jelaskan di atas sebelum pembahasan ini. Tapi ingat
paralel nicolnya dia tetap punya ciri kas felsik yaitu relief rendah dan warna
colorless
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG 473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi :merupakan batu Granit yang termasuk kedalam batuan beku intrusi,
terdiri dari beberapa mineral diantaranya ada kuarsa, feldspar dan plagioklas.
Pada batu granit ini mineral kuarsa hamper mendominasi batuan dengan bentuk
subhedral – anhedral,tidak ada pleokrisma warna colorless pada orde satu.
Relief rendah,wavy extinction terdapat banyak fracture. Sementara itu juga
terdapat mineral plagioklas yang terlihat polysintetic twiny serta ditemukannya
mineral feldspar yang gelap kehitaman
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : batu diatas bernama batu diorite
kuarsa yang mana batuan ini selain didominasi oleh kuarsa juga terlihat
kenampakkan mineral feldspar yaitu alkali feldspar berupa adularia yang mana
alkali memerangkap plagioklas bercirikan penzooningan, parallel
extinction,kembaran simple twiny,relief rendah, terdapat pleokrisma, bentuk
euhedral memiliki warna colorless.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : batuan
gabro ialah batuan berbutir anhedron atau subhedron dari sederhana hingga
kasar.konten mineral gabbro ialah plagioklas dan klinopiroksen dengan tanpa
ortopiroksen dan olivin
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
XPL PPL
Deskripsi : batuan
dasit batuan tersebut merupakan batuan
gunung berapikan yang berkomposisi hampir sama dengan granodiorit dan tonolit.
Mineral utama ialah plagioklas, kuarsa, dan sedikit sanidin semuanya dalam
bentuk fenokris. Jumlah plagioklas lebih banyak daripada feldspar
alkali.mineral mafik yang biasa ,juga berbentuk fenokris ialah seperti augit
dan hipersten.dasar dari dasit biasanya dibarengi olheh kehadiran kaca.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : sayatan batuan diatas merupakan batuan beku yang tergolong
dalam batu beku intrusi, memiliki mineral penyusun yang dominan berupa
plagioklas, yang bentuknya berupa euhedral – subhedral, warna ppl berupa
colorless kecoklatan, pemadaman berupa parallel extinction,kembaran berupa
polisintetic twiny.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : granit
kuarsa diatas menunjukkan bahwa batuan diatas hampir 80% tersusun oleh kuarsa
dan 10% feldspar , 10% plagioklas.untuk komposisi mineral feldspar sendiri
biasanya ortoklas. Merupakan golongan batu beku intrusi.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : sayatan
diatas merupakan sayatan dari batu riolit. Batu ini merupakan batuan gunung apiyang
bertektur afanitik, persentase feldspar lebih banyak dibandingkan plagioklas.
Kuarsa dalam batu riolit dapat berbentuk butiran ataupun fenokris.Riolit
bertekstur porfirit.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi :batuan fenolit merupakan batuan yang tersusun dari beberapa
mineral yaitu foid (berupa masa dasar), plagioklas, dan feldspar yang berbentuk
sanidin. Susunan mineral terdiri dari
alkali feldspar 63%, plagioklas 32%, foid 5% dan mineral besi 5%.
Praktikum Mineral
Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi :sayatan
diatas berupa batuan peridotit yang tergolong dalam batu beku ultra basa
berbutir sedang – kasar yang kaya dengan olivine dan piroksen. Biasanya
holokristal dan berbutir anvhedron, mineral minor bagi peridotit ialah
hornblend, plagioklas kapur,kromit dan oksida besi.Batuan diatas untuk olivine
dicirikan dengan cleavage 45 derajat dan untuk piroksen 90 derajat. Dengan
komposisi mineral olivine 47 %,piroksen 37%,hornblend 16 %,mineral 5%
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : sayatan batuan diatas merupakan
batuan sedimen yang bernama batu konglomerat. Dimana fragmen batuan tersebut
berasal dari batuan lainnya.terdapat matriks dan semen.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : sayatan
diatas ialah sayatan batuan sedimen pasir yang di dominasi oleh litik (fragmen
batuan) yang berkisar 65% dan mengandung feldspar berkisar 20% dan Quartz 15%
dan berdasarkan klasifikasi pettijohn,1987 maka nama batuan diatas ialah batu
pasir litik greywacke.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : sayatan
dia atas merupakan sayatan batuan sedimen (batu pasir feldspar greywacke ),dimana
batu pasir tersebut mengandung >15% matriks dan pada batuan pasir tersebut lebih
dominan mengandung feldspar yaitu berkisar 60% , Quartz 25% dan litik 15% .
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
XPL PPL
Deskripsi :sayatan
diatas ialah sayatan batu sediment jenis litharenite berdasarkan table
pettijohn yang mana batu pasir tersebut memiliki matrik < 15% dan lebih
dominan mengandung litik berkisar 60%, feldspar 25% dan quartz 15%
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi :sayatan
diatas bernama batu gamping alga dimana tersusun dari matriks dan alga yang
terlihat pada sayatan diatas.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : batuan diatas berupa batu mudstone
yang komponennya berupa lumpur sebagai matriks. Berdasarkan diagram pettijhon
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : merupakan batuan metasedimen
diamana mineral-mineral pembentuk batuan sebelumnya masih dapat terlihat
seperti kuarsa. Dan pada sayatan terdapat mineral garnet dimana mineral
tersebut merupakan penciri batuan metamorf.
Praktikum
Mineral Optik dan Petrografi
TKG
473
Lembar
Lukisan
PPL XPL
Deskripsi : merupakan batuan metamorf,yang mana
pada batuan terdapat mineral kuarsa,feldspar, amphibol, mika. Yang memiliki
ciri khas kuarsa dan feldspar Nampak berselang –seling dengan lapisan tipis
kaya amphibol dan mika.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mineral
optik adalah salah satu cabang keilmuan Geologi yang mempelajari tentang
mineral yang ada pada batuan. Masing-masing mineral memiliki sifat optik yang
berbeda, dari sisi itu kita mempelajari sifat optik di tiap mineral agar kita
mampu membedakan mineral satu dengan yang lainnya, walaupun terlihat sangat
mirip tapi masih bida dibedakan dari sifat optiknya. Contoh saat paralel nikol
muskovit dan kuarsa berwarna colorless, tapi saat cross nikol muskovit
akan memiliki warna terang dan kuarsa akan tetap colorless, dsb.
Mineral optic dapat diamati melalui mikroskop polarisasi, dan batuan yang
dapat diamati yaitu antara lain batuan beku, sedimen, piroklastik dan metamorf.
Mikroskop polarisasi terdapat nikol sejajar dan nikol silang.
5.2 Saran
Diharapkan
praktikum kedepannya lebih efektif dan dapat ditingkatkan lagi sehingga
praktikum berjalan dengan baik.Serta laporan akhir ini dapat ditambahkan atau
perbaiki karena laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum mineral
optic dan perografi, laboratorium teknik geologi, universitas islam riau
Mochhim23,mochim23.blogspot.co.id/2015/01/mineral-optik-dan-petrografi-paralel.html,2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar