Sabtu, 06 Mei 2017

cara register peta di mapinfo



             REGISTER PETA RASTER DENGAN MAPINFO


MapInfo merupakan software GIS yang cukup banyak digunakan di Indonesia. Software ini cukup mudah untuk dipelajari dan mudah untuk menggunkannya. Salah satunya adalah dalam melakukan registrasi peta raster. Registrasi peta raster menurut saya bisa diartikan memberikan atau menentukan titik ikat pada data raster sehingga data raster tersebut memiliki posisi yang sesuai dengan kondisi dilapangan (permukaan bumi).
Untuk melakukan registrasi data raster yang pertama dilakukan adalah :
1. Jalankan program MapInfo
2. klik file>>Open Table. Browse pada lokasi file raster tersebut disimpan, pada saat lokasi file tersebut ditemukan, pilih pada file of type (Raster Image) sehinggan muncul file raster yang akan diregister.
register-peta1
3. selajutnya akan muncul window yang akan menanyakan apakah anda akan melihat tampilan data tersebut (Display) atau akan memberikan titik ikat (Register). Pada opsi ini pilih opsi Register. Setelah command register dipilih selanjutnya akan muncul window “image registration”. Pada window inilah semua proses registrasi data raster dilakukan.
4. Pada window ini yang pertama harus dilakukan adalah menentukan projection raster tersebut. Contoh kali ini saya menggunakan sistem projection Longitude/Latitude dengan datum World Geographic System (WGS) 1984. Selain projection ini, juga ada projection Universal Transverse Mercator (UTM) yang umumnya digunakan untuk peta di Indonesia, dan projection TM3 yang digunakan oleh BPN.
5. Masukkan 4 titik ikat pada data tersebut dengan meng-add setiap point yang diketahui koordinatnya. Hal yang perlu diingat adalah jangan memasukkan koordinat yang sejajar atau segaris, tapi gunakan koordinat yang berpotongan biasanya pola segi empat. Untuk data raster yang tidak diketahui koordinatnya lokasinya, bisa dilakukan dengan 2 cara :
  • survey ke lapangan dengan menggunakan GPS, cari tanda alam yang dapat dibaca pada peta raster tersebut, misalnya : persimpangan jalan, persimpangan sungai, bangunan yang terdapat dalam peta tersebut dll. Ambil titik lokasi tersebut dengan GPS.
  • Menggunkan data vektor (data peta digital) yang sudah ada. Sama halnya dengan dengan survey lapangan dengan menggunkan GPS, hanya saja tidak perlu turun kelapangan cukup dengan menggunakan tools yang tersedia pada software GIS untuk mengetahui koordinat lokasi yang dimaksud.
register-peta-2
6. Jika ke-empat titik ikat telah dimasukan, perhatikan error (pixel). Jika error pixel = 0 maka kesalahan dalam memasukan titik ikat kecil (disini dikatakan kesalahannya kecil, karena semua peta tidak ada yang 100% akurat, pastinya ada bias dilapangan, baik itu dalam satuan meter maupun centimeter), namum jika error pixel > 0 maka tentunya ada kesalahan dalam meng-inputkan titk ikat, dan jika data tersebut dibawa kelapangan kemungkinan anda untuk nyasar pasti lebih besar😛, koreksi dengan meng-klik command “edit” pada point yang dianggap kurang tepat.
7. Jika Tahapan tersebut sudah selesai, klik ok dan selesailah tugas anda.

Selasa, 02 Mei 2017

kurniablog : laporan akhir pratikum mineral optik



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 
            Mineral adalah suatu bahan atau unsur kimia, gabungan kimia atau suatu campuran dari gabungan-gabungan kimia anorganis, sebagai hasil dari proses-proses fisis dan kimia khusus secara alami. Mineral merupakan suatu bahan yang homogen dan mempunyai susunan atau rumus kimia tertentu. Bila kondisi memungkinkan, mendapat suatu struktur yang sesuai, di mana ditentukan bentuknya dari kristal dan sifat-sifat fisiknya. Bumi tersusun dari beberapa jenis batuan dan batuan terdiri dari mineral-mineral dan sejumlah kecil bahan lain seperti bahan organik. Mineral sendiri terdiri dari unsur-unsur yang bersenyawa. Unsur dalam hal ini adalah benda yang tak dapat lagi dipisahkan secara kimia. Atom adalah partikel terkecil dari suatu unsur yang memiliki sifat-sifat unsur tersebut dan terlalu kecil untuk dapat dilihat meskipun menggunakan mikroskop.
Mineral optik adalah salah satu cabang keilmuan Geologi yang mempelajari tentang mineral yang ada pada batuan. Masing-masing mineral memiliki sifat optik yang berbeda, dari sisi itu kita mempelajari sifat optik di tiap mineral agar kita mampu membedakan mineral satu dengan yang lainnya, walaupun terlihat sangat mirip tapi masih bida dibedakan dari sifat optiknya. Contoh saat paralel nikol muskovit dan kuarsa berwarna colorless, tapi saat cross nikol muskovit akan memiliki warna terang dan kuarsa akan tetap colorless, dsb.
Ilmu pengetahuan mineralogi menitik beratkan pada studi tentang pengamatan dan pendeskripsian mineral-mineral penyusun batuan yang merupakan litologi dari permukaan bumi. Pengamatan Mineral optik pada batuan ini diperlukan untuk penentuan jenis atau nama batuan, karena terdapat batuan yang harus memalui pemeriksaan mineral untuk mengetahui jenis batuan tersebut. Pengamatan mineral optik ini menggunakan mikroskop polarisasi.
Laporan akhir mineral optik dan petrografi ini dibuat sebagai syarat akhir dari praktikum yang dilakasanakan di teknik geologi universitas islam riau.

1.2 Maksud Dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk mengaplikasikan apa yang didapatkan proses belajar mengajar atau dalam perkuliahan. Sedangkan tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu diharapkan praktikan dapat:
1.            Dapat menggunakan mikroskop polarisasi 
2.            Menentukan sifat-sifat optik mineral dalam pengamatan nikol sejajar, nikol silang dan pengamatan konoskop
3.            Menentukan nama mineral dari sifat-sifat optik yang diamati
3.            Dapat membedakan antara mineral batuan beku, sedimen, piroklastik, dan metamorf
4.            Mampu menentukan sifat optik mineral yang diamati antara mineral Tectosilikat, nesosilikat, dam inosilikat

1.3 Batasan Masalah
Dalam hal ini penulis membahas beberapa masalah :
A)    Teori dasar pendeskripsian batuan beku
B)    Teori dasar pendeskripsian batuan sedimen
C)    Teori dasar pendeskripsian batuan piroklastik
D)    Teori dasar pendeskripsian batuan metamorf
E)     Xara penggunaan mikroskop polarisasi
F)     Sifat optik mineral nikol sejajar
G)    Sifat optik mineral nikol silang

1.4 Metode Penulisan
Laporan ini dibuat melalui metode pengamatan mineral optik di Laboratorium Teknik Geologi Universitas Islam Riau, kemudian dengan rujukan melalui sebuah blog/website, dan modul praktikum, yang kemudian diketik menjadi laporan akhir.


BAB II
DASAR TEORI
2.1 Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruhterhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangatdipengaruhi oleh sifat magma sel.
Pada saat penurunan suhu akan melewatitahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuranhalus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dancairan magma membeku menjadi gelas.
Batuan beku instrusif atau plutonik adalah batuan beku yang telah menjadi kristal dari sebuah magma yang meleleh di bawah permukaan Bumi. Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka mencapai permukaan bumi disebut dengan nama pluton. Nama Pluton diambil dari nama Dewa Romawi dunia bawah tanah. Batuan dari jenis ini juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau batuan beku intrusif.Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi karena keluarnya magma ke permukaan bumi dan menjadi lava atau meledak secara dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan.
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini ; penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.Berdasarkan keterangan dari para ahli seperti Bapak Turner dan Verhoogen tahun 1960, Bapak F.F Groun Tahun 1947, Bapak Takeda Tahun 1970, Magma didefinisikan atau diartikan sebagai cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma terdapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile atau gas (antara lain air, CO2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile ataunon gas yang merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran.

2.1.1        Struktur dan Tekstur Batuan Beku
2.1.1.1. Struktur batuan beku
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan. Pada batuan bekustruktur yang sering ditemukan adalah:
a.     Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Joint struktur terbagi dua yaitu:
1)    Columnar joint, yaitu kenampakan kekar berbentuk seperti tiang-tiang berbentuk prisma.
2)    Sheeting joint, yaitu kenampakan kekar dalam bentuk lembaran-lembaran.


Description: C:\Users\SONY VAIO\Pictures\KEKAR.jpg

Gambar 1 Joint
b.    Masif, yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

Description: C:\Users\SONY VAIO\Pictures\MASIF.jpg

Gambar 2.Masif

c.     Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
Description: C:\Users\SONY VAIO\Pictures\vesikuler1.jpg
Gambar 3.Vesikuler

d.    Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.

Description: C:\Users\SONY VAIO\Pictures\SKORIA.jpg

Gambar 4.Skoria

e.     Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
f.     Aliran, bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun   lubanggas.
g.    Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

Description: C:\Users\SONY VAIO\Pictures\AMIGDALOIDAL.jpg

Gambar 5. Amiglagloidal

e.     Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen ataupecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.


2.1.1.2.Tekstur batuan beku
Tekstur batuan bekuPengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineralyang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk  butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur  berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses  sebelumdan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
a.    Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku  pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
1)   Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalinmembeku di dekat permukaan.
2)   Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
3)   Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
b.    Granularitas, dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya terdapat dua kelompok tekstur ukuran butir yaitu :
1)   Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
a)    Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
b)   Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
c)    Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
d)   Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
2)   Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan mata telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
a)   Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
b)   Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
c)   Amorf atau glassy atau hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3)   BentukKristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
a)   Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
b)   Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
c)   Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
a)    Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
b)   Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
c)    Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
d)   Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.
4)   Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. hubungan antar kritak dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut :
a)   Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan  kristal-kristalnya, equigranular dibagi tiga, yaitu :
b)   Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
c)   Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
d)  Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
e)      Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
2.1.2.      Klasifikasi batuan Beku
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiISPQ0DFHB7ttMahxlE6LKBm4_M0yv1tlQqVrqWNIyQ0FLFaFTiqDr5mX_CeQPHdeLKybnAZWzUEfEebMZsuHIrO9RUdi8fUGyB9AxHOOL0Eu3BL_fkbRQldE-3ZDxFAoCG97HWqXM_fGM/s1600/4.png
Gambar 6.klasifikasi batu beku menurut IUGS golongan Faneritik

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjmOZ0EcDf4j3K79Wp11N8vHR66udu5O5plTIOTWMjUaY8VS1Xyxe02mvuMAYZPtHjt19-KbciJc9e5j4mbrxif22ugvfNuQK0y4-X7_9cIVborPx8AoslHNlQ1zTwqDVuPXIxPvwl3-MF/s1600/5.png
Gambar 7.klasifikasi batuan Beku golongan menurut IUGS afanitik
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUtJT2UKV9RqetmHL-OCLV46Al6gJpc7LWh85KJd2BRQWeRz5hOiIXxXYjjwXGfyXfUSvY7HaAFIQGP17DK21JT_Y096Km5OUQuGgp58xcpj5oCZUez2HVrgGSnzEMR6TmYgLRcCVGBFdc/s1600/3.png
Gambar 8.gambar skema untuk batuan gabbro dan ultra basa


2.1.3        Komposisi Batuan Beku
Menurut   pendapat Huang, 1962, komposisi mineral dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a.    Mineral Utama
Mineral   utama   terbentuk secara langsung  pada waktu  kristalisasi magma dan merupakan   mineral yang menjadi penyusun utama yang membentuk   batuan   beku. Macam-macam mineral utama, yaitu :
1)   Mineral felsik
Mineral yang berwarna terang, terdiri dari densitas rata-rata 2,5–2,7Mineral felsik terbagi menjadi dua :
a)   Kuarsa,warna : putih, tak berwarna, abu-abu sampai berwarna coklat.
b)   Plagioklas, warna : putih abu-abu dan coklat
c)   Orthoklas, warna : putih, coklat dan merah jambu
d)  Muscovit, warna : tak berwarna (bening) abu-abu, kehijauan  atau   coklat muda.
2)   Mineral mafik
Mineral  mafik  adalah  mineral yang  berwarna  gelap, densitas rata-rata 3,0 – 3,6 yaitu:
a)    Olivin (Mg, Fe)2SiO4, Warna : hijau, kemerahan dan kuning kecoklatan
b)   Piroksin (Ca, Mg, Fe)SiO4, Warna : hitam kehijauan
c)    Hornblende (NaCa(Mg, Fe)Al2Si6O22), Warna : hijau-coklat
d)   Biotit K2(Fe, Mg)3( AlSiO10)(OH)2, Warna : hitam-coklat

b.    Mineral Sekunder
Mineral tersebut merupakan mineral dari  ubahan  mineral  utama yang disebabkan oleh proses pelapukan, reaksi   hidrotermal   maupun  hasil  metamorfosa terhadap mineral  utama. Dengan demikian tersebut  tidak  ada hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik) dan mineral tersebut antara lain adalah :
1)   Kelompok kalsit, kelompok  ini  merupakan ubahan dari mineral Plagioklas, terdiri dari Kalsit, Dolomit, Magnesit.
2)   Kelompok serpentin, kelompok ini  merupakan  ubahan dari   mineral olivin  dan  piroksin,  terdiri  dari Antigonit dan Crisotil.  Mineral  ini   banyak  terdapat  pada  batuan serpentinit
3)   Kelompok klorit Kelompok  ini  merupakan ubahan dari mineral Plagioklas, terdiri dari proktor, talkdan lain-lain.
4)   Kelompok serisit, kelompok  ini  merupakan ubahan dari mineral plagioklas
5)   Kelompok kalorin, kelompok ini  merupakan  ubahandari  feldspar  yang  terdapat  dalam batuan   beku   yang   terdiri   dari  Kaolimit dan Kallosit
c.    Mineral Tambahan
Mineral tambahan merupakan mineral yang terbentuk  pada  waktu kristalisasi magma, dengan  jumlah yang sangat kecil. Mineral-mineral  ini  tidak  selalu  ada pada tiap batuan beku. Terdiri dari :

1)   Hematit
2)   Kromit
3)   Magnetit
4)   Rulit
5)   Pirit
6)   Apatit


2.2 Batuan sediment
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan ( Pettijohn, 1975 ).
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa centimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam batuan sedimen. Disbanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi.Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% ( Pettijohn, 1975 )..
Berdasarkan ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1. Batuan Sedimen Klastik; Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.
2. Batuan Sedimen Non Klastik; Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
Sifat – sifat utama batuan sedimen :
  1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
  2. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
  3. Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
  4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.
2.2.1.       Struktur dan Tekstur batuan sedimen
2.2.1.1Struktur batuan sedimen

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan.(Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981)
Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
·         Syngenetik            : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai struktur primer.
·         Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan lipatan.

2.2.1.2 Tekstur batuan sedimen
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialami batuan tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara umum batuan sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik.
a)      Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
·         Fragmen  : Batuan yang ukurannya lebih besar dari pada  pasir.
·         Matrik     : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
·         Semen     : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silika, kalsit, sulfat atau oksida besi.
- Bentuk Butir
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987. Butiran dari mineral yang resisten seperti kuarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran :
a)         Well rounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hampir equidimensional, sferoidal.
b)         Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar.
c)         Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.
d)        Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
e)         Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.(Endarto:2005)
- Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen klastik. Bebrapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu :
·         Sortasi baik           : bila besar butir merata atau sama besar.
·         Sortasi buruk         : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen.


- Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
o        Kemas terbuka      : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matriks).
o        Kemas tertutup    : butiran saling bersentuhan satu sama lain.

2.2.2 Klasifikasi Batuan Sedimen

Persentase penyebaran batuan sedimen di bumi ini hanya 5% dari penyebaran batuan yang ada di bumi. Namun untuk keberadaannya di permukaan bumi, batuan sedimen tersebar sangat luas hingga menutupi ± 75% dari luas permukaan bumi dengan ketebalan beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. 

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat digolongkan menjadi  enam golongan yaitu : Golongan detritus kasar, golongan detritus halus, golongan karbonat, golongan silika, golongan evaporit,  dan golongan batubara.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEiiuQfBnvJO_8FWK170vxDhXCTQapmX3aASsSaHM8yszvhex7mpLVJDVkonhNq2v4-D6LlO8cCxBMfQ9MjueH8U2zs8y6AT3Py-z60cCS_9-wpBeZ1UZgPMIh6jnl0cXH5pNYhpsgIHE/s320/gol-basedimen.jpg
Gambar 9.Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya
(Koesoemadinata, 1985)

Berikut penjelasan dari masing-masing golongan tersebut. 

1. Golongan Detritus Kasar

adalah bataun sedimen yang diendapkan dengan proses mekanis. yang termasuk kedalam golongan ini diantaranya: breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan pengendapannya pada umumnya di sungai (fluvial), kipas aluvial (aluvial van) dan sub marine van.

2. Golongan Detritus Halus

Golongan ini pada umumnya diendapkan dilingkungan laut, dari laut dangkal sampai laut dalam. yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain batuserpih (shale), batulanu (siltstone), batulempung (claystone) dan napal.

3. Golongan Karbonat

Batuan golongan karbonat ini pada umumnya terbentuk dari sekumpulan cangkang moluska, algae, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur. Jenis batuan ini banyak sekali, tergantung material penyusunnya.

4. Golongan Silika

Batu jenis ini tersebar hanya dalam junlah sedikit dan terbatas. Golongan batuan ini merupakan gabungan antara proses organik dan kimiawi. Contoh batuan golongan ini adalah rijang (chert), radiolaria dan diatom (diatomea).

5. Golongan Evaporit

Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup dan syarat terjadinya batuan sedimen ini harus berada pada air yang memiliki kandungan larutan kimia yang cukup pekat. yang termasuk ke dalam golongan evaporit ini adalah gipsum, batu garam, anhydrit dan lain-lain.

6. Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik, seperti tumbuhan yang telah mati dan kemudian terkubur di dalam tanah oleh suatu lapisan yang tebal diatasnya sehingga tidak terjadi pelapukan. Lingkungan pengendapan batubara biasanya di lingkungan rawa, delta dan danau. 


2.3.      Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik atau pyroclastics (berasal dari bahasa Yunani πῦρ, yang berarti api; dan κλαστός, yang berarti rusak) adalah bebatuan clastic semata-mata atau terutama terdiri dari material vulkanik. Mana materi vulkanik telah diangkut dan ulang melalui tindakan mekanis, seperti oleh angin atau air, batu-batuan ini disebut volcaniclastic. Umumnya terkait dengan aktivitas gunung berapi ledakan seperti Plinian atau letusan Krakatau gaya, atau letusan phreatomagmatic piroklastik deposito yang umumnya terbentuk dari udara abu, dan bom lapilli atau blok yang dikeluarkan dari gunung berapi itu sendiri, dicampur dengan negara hancur batu.
Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari agglomerates terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu. Pyroclasts dengan ukuran yang berbeda diklasifikasikan sebagai bom vulkanik, lapilli dan abu vulkanik. Abu dianggap piroklastik karena debu halus terbuat dari batu vulkanik. Salah satu bentuk yang paling spektakuler adalah deposito piroklastik ignimbrites, deposito dibentuk oleh suhu tinggi gas dan abu campuran dari aliran piroklastik acara.
Tiga jenis transportasi dapat dibedakan: aliran piroklastik, aliran piroklastik, dan piroklastik jatuh. Selama letusan Plinian, batu apung dan abu yang terbentuk ketika magma silicic terpecah dalam saluran vulkanik, karena dekompresi dan pertumbuhan gelembung. Pyroclasts kemudian entrained dalam letusan apung membanggakan yang dapat naik beberapa kilometer ke udara dan menyebabkan bahaya penerbangan. Partikel jatuh dari awan letusan bentuk lapisan di tanah (ini jatuh atau tephra piroklastik). Piroklastik kerapatan arus, yang disebut sebagai 'aliran' atau 'gelombang', tergantung pada konsentrasi partikel dan tingkat turbulensi, kadang-kadang disebut bercahaya longsoran. Deposit batu apung yang kaya aliran piroklastik dapat disebut ignimbrites.
Sebuah letusan piroklastik mensyaratkan meludah atau "fountaining" lava, di mana lava akan dilemparkan ke udara bersama abu, bahan piroklastik, dan vulkanik produk sampingan lainnya. Hawaii letusan seperti di Kilauea dapat mengeluarkan gumpalan magma ditangguhkan menjadi gas; ini disebut 'api air mancur'. Pembekuan magma, jika cukup panas mungkin menyatu atas arahan untuk membentuk aliran lahar. Terdiri dari endapan piroklastik yang tidak pyroclasts disemen bersama-sama. Batuan piroklastik (tuff) adalah deposito piroklastik yang telah lithified. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik. Menurut william (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda, dimana material penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (“rewarking”) oleh air atau es.

Tekstur Batuan piroklastik
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental. Pengamatan tekstur meliputi :
1. Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut ialah glass.
2. Fragmental
Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.

 Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah:
a.       Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b.      Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
-          Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
-          Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
-          Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.
c.       Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d.      Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan endapan dari fragmen-fragmen letusan gunung api.

d. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :
·         Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna.

·         Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
·         Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang sempurna.

e. Ukuran Batuan    
Ukuran batuan yang dihasilkan dari letusan gunung api terbagi menjadi 4, antara lain :
1.      Bomb ( d > 64 mm)
Bomb adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64 mm.
2.      Block (d > 64 mm)
Block adalah batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
3.      Lapili (d = 2 – 64 mm) Lapili berasal dari bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi ekplosif gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm.
4.      Debu / ash (d < 2 mm)
Debu adalah batuan piroklastik yanh berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan oleh pelelmparan dari magma akibat erupsi ekplosi.

2.4.Struktur Batuan Piroklastik

Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan beku, seperti struktur skoria, vesikuler, massive maupun amikdoloidal maupun struktur batuan sedimen, yaitu struktur perlapisan graded bedding atau cross bedding.
Klasifikasi penamaan batuan piroklastik secara umum dibedakan atas :

2.3.1.       Klasifikasin Batuan Piroklastik

1.      Klasifikasi berdasarkan fragmen piroklastiknya ( Fisher, 1966 dan Schimid, 1981 ) yaitu :
~        Anglomerat, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa bom yang berukuran > 64 mm.
~        Breksi piroklastik, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa blok yang berukuran > 64 mm.
~        Breksi tufa, bila batuan disusun oleh percampuran fragmen piroklastik blok maupun ash.
~        Tufa, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa ash dan lapilli dimana ash lebih dominan.
~        Tufa lapilli, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa lapili dan ash dimana lapilli lebih dominan. Oleh Schimid (1981), tufa lapili disebut juga lapilli.

Size
(mm)
Wentworth William
1932
Twen Hofel
1950
Fisher
1961

256

128
64
32
10
8
4
2
0.5
0.250
0.125
0.0825
Blocks = Volcanik breccia

 Bomb = anglomerat


Lapili = Lapili tuff


Coarse ash = Fine ash



Fine ash (Fine tuff)
Bombs




Lapili




Coarse ash


Fine ash

Coarse    Blocks

                 and

Fine        Bomb


Lapili


Coarse ash



Fine ash
Tabel 1. Klasifikasi batuan piroklastik oleh Wentworth, william (1932), Twen Hofel (1950), Fisher (1961)



2.      Klasifikasi untuk tufa, berdasarkan pada material penyusun tufa ( W. T. G, 1954 ) dibedakan atas :
~        Tufa gelas, tufa yang dominan disusun oleh material gelas.
~        Tufa kristal, tufa yang dominan disusun oleh material kristal.
~        Tufa litik, tufa yang dominan disusun oleh material litik.
Batuan Piroklastik yang terbentuk melalui ekstrusif mengalami pelapukan, kemudian tererosi dan tertransportasi kedaerah cekungan dan terendapakan membentuk sedimen tufa yang disebut dengan “ Batuan Epiklastik “.

2.4. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan aslinya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P) yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan malihan atau ubahan, demikian pula dengan prosesnya, proses malihan. Proses metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan, namun dibedakan denag proses diagenesa dan proses pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi perubahan. Proses metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, diatas 200°C dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan proses diagenesa berlangsung pada suhu dibawah 200°C dan proses pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauh dibawahnya, dalam lingkungan atmosfir.
Preses metamorfosa dapat didefinisikan sebagai:
”Perubahan himpunan mineral dan tekstur batuan dalam keadaan (fasa) padat (solid slate) pada suhu diatas 200°C dan tekanan 300 Mpa”.
Saat lempeng-lempeng tektonik bergerak dan fragmen kerak bertabrakan, batuan terkoyak, tetarik (extended), terlipat, terpanaskan dan berubah dengan cara yang kompleks. Tetapi meskipun batuan sudah mengalami perubahan dua kali atau lebih, biasanya bekas atau bentuk batuan semula masih tersimpan, karena perubahannya terjadi dalam keadaan padat. Padat tidak seperti cair atau gas cenderung untuk menyimpan peristiwa-peristiwa (events) pengubahannya. Diantara kelompok batuan, batuan metamorf merupakan yang paling kompleks, tetapi juga paling menarik karena didalamnya tersimpan semua cerita yang telah terjadi pada kerak bumi.

2.4.1.      Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf

2.4.1.1.Struktur Batuan Metamorf
1.      Foliasi
Struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral – mineral pipih sebagai akibat dari proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan boleh mineral – mineral prismatic yang menunjukkan orientasi – orientasi tertentu. Dihasilkan oleh proses metamorfisme regional, kataklastik.
a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih (biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2.      Non-Foliasi
Struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang terdiri dari butiran butiran granular. Dihasilkan oleh proses metamorfisme kontak.
a. Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral relatif seragam.
b. Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal.
c. Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
d. Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
e. Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
g. Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran beragam.
h. Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang berbentuk jarus atau fibrous.
2.4.1.2 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan (karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk “mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk agregat adalah porphyroklast.
1.      Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata –blastik. Berbagai kenampakan tekstur batuan metamorf dapat dilihat pada Gambar 3.13.
a. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal besarnya disebut porfiroblast.
b. Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral seragam.
c. Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
d. Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral prismatik yang sejajar dan terarah.
e. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya berbentuk anhedral.
 Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata –blasto.
a. Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.
b. Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
c. Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya sama dengan pasir.
d. Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lempung.





Gambar 10. Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985).
2.4.2.       Klasifikasi Batuan Metamorf
Jenis batuan metamorf  penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit  adalah batuan  metamorfik bertekstur granobastik dengan  komposisi  utama  adalah kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari batupasir atau  chert/rijang.
Secara  umum  jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:
·         Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisiutamanya  adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
·         Eclogit: Batuan  yang berbutir  sedang  komposisi  utama adalah  piroksin klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet  kaya  pyrop. Eclogit mempunyai  komposisi  kimia  seperti basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
·         Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa,  felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur  gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
·         Hornfels: Berbutir halus,  batuan  metamorfisme  thermal terdiri  dari  butiran-butiran  yang  equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada.  Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
·         Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
·         Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
Tekstur
Foliasi
Komposisi
Tipe
Batuan Asal
Nama Batuan
Foliasi
slaty
Mika
regional
Mudstone
slate
phylitic
kuarsa, mika, klorit
regional
Mudstone
Phylite
Schistose
kuarsa, mika
regional
Slate
Schist
Schistose
amphibol, plagioklas
regional
Basalt atau gabro
Amphibolites
gneiss banding
feldspar, mika, kuarsa
regional
Schist
Gneiss
non foliasi

Karbon
kontak atau regional
bituminous coal
anthracite coal

kuarsa, fragmen batuan
kontak atau regional
Conglomerate
Metaconglomerate

Kalsit
kontak atau regional
Limestone
Marble

Kuarsa
kontak atau regional
Sandstone
Quartzite
Text Box: Tabel 2 Klasifikasi Batuan Metamorf Menurut W.T Huang (1962)
BAB III
 METODOLOGI
3.1 Penggunaan Mikroskop Polarisasi
Pencahayaan mikroskop sangat baik jika berasal dari arah utara; jika tidak mampu dari timur.Jangan menggunakan sinar matahari langsung.Meja (bangku) harus kuat, dan pengamat harus nyaman menggunakannya. Mikroskop harus terletak tepat di depan pengamat, kedua tangan leluasa mengoperasikannya. Jangan menutup mata sebelah, mata yang tidak dipakai untuk mengamati dibiarkan terbuka, agar tidak jereng atau mudah lelah.Pencahayaan harus cukup mampu menerangi pengamatan paralel nikol dan silang nikol.
Agar mata tidak sakit, praktikan disarankan memfokuskan pengamatan dengan menaikkan power, dari pada menurunkannya — agar dapat menghindari kalau-kalau lensa menyentuh preparat dan memcahkannya
Tempatkan pandangan (mata) setinggi dengan okuler, perlambatkan dalam memutar screw jika jarak obyektif dan preparat sangat dekat.
Lakukan pengamatan hanya jika obyek pengamatan benar-benar telah fokus.
a.      Tip Menggunakan Mikroskop Polarisasi
  • Pada mineral tak-berwarna (ct. kuarsa), sebaiknya mengurangi pencahayaannya, dan memperhatikan adanya rongga atau inklusi.
  • Rongga / inklusi memiliki kenampakan yang hampir sama
  • Sebaiknya menjaga betul-betul agar lensa dan nikol dapat awet dan meningkat efisiensinya.
  • Jangan membiarkan lensa mikroskop terkena sinar matahari langsung dan / uap radiator.
  • Lensa harus dijaga agar terbebas dari debu. Lensa obyektif jangan sampai bersinggungan dengan cover glass, karena akan tergores

3.2 Fungsi dan bagian mikroskop polarisasi
1.               Kaki mikroskop
Gambar 11 Mikroskop
 


Description: mikrospole

            Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya pengganti cermin.
2.  Lengan Mikroskop, terdiri atas :
     - Substage Unit
Bagian-bagiannya : Polarisator atau “lower nicol”, Diafragma Iris, dan Kondensor.
·                     Polarisator (“lower nicol”)
                            Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid (Gambar 2-E), berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W.
·                     Diafragma Iris
                    Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda. Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”.

3.            Meja Objek
Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0o sampai 360o. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).

·                     Tubus Mikroskop
Bagian ini terletidak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong, yang terdiri atas beberapa bagian antara lain lensa objektif, lubang kompensator, analisator, lensa amici bertrand dan lensa okuler.
·                     Lensa objektif
Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek. Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
·                     Analisator
Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang)
·                     Lensa okuler
Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan objek pengamatan.

3.3 Sifat Optis Mineral pada Nikol Sejajar/Paralel Nikol (Plane Polarized Light/PPL)
Yang dideskripsikan saat paralel Nikol itu ada lima :
a.       Warnamineral adalah pencerminan dari daya serap atau absorpsi panjang gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk. Warna saat paralel nikol itu kadang beragam ada yang tidak berwarna, gelap, atau bahkan sinar itu tidak masuk ke mineral tapi terpantul lagi sehingga, akan sama berwarna gelap tapi itu karena sinarnya mantul. Ini ada 2 jenis warna :

a.1 Opak : Mineral tidak tembus cahaya. Ini kaya mineral logam seperti besi, dkk. Mineral ini tidak bisa dibedakan dengan mikroskop polarisasi seperti ini tapi menggunakan mikroskop refleksi. Jadi bedalah, ada kuliahnya lagi untuk mineral opak. Warna hitam ini terjadi karena cahaya dari bawah dipantulkan dan tidak dilanjutkan ke atas ke mata kita.

a.2 Mineral tembus cahaya : apabila diberi cahaya akan menampilkan bermacam-macam warna. Dengan mikroskop polasrisasi. Ada 2 tipe cara pemantulan cahaya saat ada di dalam mineral/atau di struktur kristalnya.

a.2.1 Isotrop : dipantulkan kesegala arah dengan kecepatan sama. Saat cross nikol warnanya akan gelap. Kalian tahu sistem kristal isometrik saat sumbu a=b=c. Saat itu cahaya dipantulkan ke segala arah dengan kecepatan yang sama sehingga berwarna gelap. Jadi saat mineral disayat dan didapatkan bagian yang isometrik maka hasilnya akan gelap saat cross nikol. Contoh bisa pada kuarsa saat dipotong tegaklurus sumbu c nya. Sumbu c adalah sumbu terpanjang di sistem kristal.

a.2.2 Anisotrop : Dipantulkan ke segala arah dengan kecepatan yang berbeda-beda, Sehingga gabungan warna dari cahaya itu akan menghasilkan warna yang berbeda-beda juga.

b.       Bentuk : Pada pengamatan bentuk mineral secara optik mikroskopik, maka bentuk yang dapat kita amati adalah bentuk mineral dalam kondisu dua dimensi, tetapi dengan bantuan struktur dalam mineral yang dapat teramati seperti halnya bidang belah atau cleavege, maka kita dapat menafsirkan akan struktur kristal dari mineral tersebut. Berdasarkan kenampakan bentuk mineral dalam kondisi dua dimensi maka kita dapat merefleksikannya kedalam bentuk 3 dimensi. Yang kita deskripsi bentuknya bisa segiempat, menjarum, dsb dan juga lihat batas-batasnya dengan mineral lain, euhedral, subhedral atau anhedral.

c.       Pleokroisme : merupakan perubahan warna yang terjadi bila meja mikroskop diputar 360, karena adanya perbedaan daya absorpsi dari sumbu-sumbu kristal terhadap kedudukan analisator dan polarisator. Macam-macamnya :

1.       Dikroik, biasanya dimiliki oleh mineral-mineral ysng mempunyai sistem kristal trigonal dan heksagonal, pada perputarannya antara 0-90 terjadi 2 kali.

2.       Tikroik, biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal orthorombik, triklinik, monoklin. Warna pleokroik ini bergantung pada sumbu X, Y, Z.
Mineral yang memiliki pleokroisme tinggi diantaranya biotit, hornblenda, dll. Pada deskripsi jelaskan juga perubahan warnanya dari warna apa ke warna apa. Contoh pleokroisme kuat/sedang/lemah dari tidak berwarna-coklat pucat.

d.       Indeks bias : adalah suatu angka (konstanta) yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut pantul (n=sin i/ sin r). Indeks bias juga merupakan fungsi dari sinar didalam medium yang berbeda-beda.
Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara absolut dengan menggunakan minyak imersi maupun relatif dengan memperhatikan relief dan dibandingkan dengan pergerakan garis becke. Sebenarnya penentuan indeks bias menggunakan garis becke adalah permainan cahaya, saat objek kita jauhkan atau meja objek diturunkan, kita lihat pergerakan garis beckenya. Garis becke akan mendekati indeksbias yang lebih tinggi saat dijauhkan. Contoh garis becke masuk kedalam mineral saat dijauhkan, berarti nmin>ncb. Begitu juga sebaliknya.
Semua kristal yang bersistem isometrik tergolong sebagai zat isotropik dengan demikian mempunyai satu harga indeks bias, sedangkan yang bersistem orthorombik, monoklin atau triklin mempunyai tiga harga indeks bias.

e.       Relief : merupakan kenampakan yang timbul akibat perbedaan indeks bias antara suatu media dengan media yang mengitarinya. Dengan kata lain, bahwa cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke media lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, maka akan mengalami pembiasan/pemantulan pada batas sentuhan antara kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan indeks bias kedua bahan, maka semakin jelas/menonjol bidang batas antara keduanya. Jika dua bahan tersebut mempunyai harga indeks bias sama, maka bidang batasnya akan tidak nampak sekali. Selain dilihat dari kontak antara 2 mineral, relief juga bisa dilihat dari garis-garis yang ada di dalam mineral tersebut. Contoh : Olivin memiliki relief tinggi, kuarsa rendah.
3.4 Sifat Optis Mineral pada Nikol Silang/Cross Nikol (Cross Polarized Light/XPL)
Ada 4 pengamatan yang diamati di cross nikol:
a.       Bias Rangkap (Bire Fringence) : adalah angka yang menunjukkan perbedaan indeks bias sinar ordiner dan extraordiner.
Bukan saja antara mineral, BF dalam satu mineral pun akan berbeda, perbedaan itu dipengaruhi :
1.       Macam Sayatan (//c atau hampir //c)
2.       Ketebalan sayatan. Karena saat pemolesan tidak selalu rata, mungkin ada yang ngejendol dikitnya haha. Ketebalan sayatan yang umum dipakai 30 mm.
3.       Macam sinar yang masuk dan besarnya cahaya yang masuk, dimana setiap sinar yang masuk mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Maka disarankan saat analisis BF tidak boleh merubah besar cahaya yang masuk tapi cukup mengurangi atau menambahi kondensornya, biar panjang gelombangnya tetap sama.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdzftS8hin_mn49gOTEN-Yru4DHvgxnGawX5vSg7ti6lffd73bcb1tzCjKVWyxbYOW01_SvKLxWuJ-_wWmgKFqqZ538-9t11SIEnYuQb3-eG6YFu8V-qkBDJtE6CdyKVOcQdG4LDZsyG5F/s320/bf.jpg
Gambar 12.Michel levy color chart, karena tebal juga bisa mempengaruhi warna BF.
sumber gambar http://home.hiroshima-u.ac.jp/er/ES_OMS.html

b.       Orientasi : Orientasi merupakan hubungan antara arah-arah sumbu optik dengan sumbu-sumbu kristalografinya. Tujuan penentuan morientasi mineral ini untuk mengetahui kedudukan sumbu-sumbu indikatrik di dalam suatu mineral. Macam-macam orientasi berdasarkan tingkat perbedaan kecepatan cahaya yang merambat didalam mineral yang anisotropik.

1.       Orientasi length slow berarti sumbu terpanjang indikatriks getaran sinar lambat sejajar sumbu c sebagai arah sumbu terpanjang kristal.

2.       Orientasi length fast berarti sumbu terpanjang indikatriks tegak lurus sumbu c.
Untuk mengetahui orientasi ini dengan mengamati 2 gejala, yaitu gejala addisi dan gejala subtraksi. Catatan : Gejala saat pengamatan bisa sama atau beda, tapi ingat Orientasi mineral yang kita amati akan sama. Contoh gejala yang dilihat bisa adisi atau subtraksi tapi orientasinya pasti sama LS atau LF. Ibarat liat uang gopean, gejalanya itu angka atau gambar, tapi orientasinya itu pasti duit gopean, gejala tergantung dari posisi sumbu c dan sumbu indikatriks terpanjangnya.

c.       Pemadaman : merupakan proses penggelapan yaitu akibat perulangan pembiasan yang diperoleh dengan merubah-rubah posisi mineral terhadap kedudukan analisator dan polarisator. Jadi pemadaman dapat terjadi apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak lurus dengan bidang-bidang getar polarisator dan analisator. Macam-macam pemadaman :
1.       Pemadaman paralel : bila pemadaman terjadi pada posisi 0. Contoh olivin, biotit, muskovit
2.       Pemadaman miring : bila pemadaman terjadi pada posisi 0<x<45. Contoh hornblenda
3.       Pemadaman simetri : bila pemadaman terjadi pada posisi 45. Contoh kalsit, dolomit

Untuk tahu pemadaman kita harus tau sumbu c krital, kadang tak semuamineral memiliki sumbu c yang jelas seperti kuarsa atau olivin karena bentuknya yang anhedral, sehingga menentukan jenis pemadamannya cukup liat dari literatur saja. Kalo gak percaya tanya aja, pak mana sumbu c dari olivin ma kuarsa? Kan bentuknya dekok teu paruguh hehehe...
d.       Kembaran : adalah kenampakan pada mineral akibat adanaya pertumbuhan 2 kristal secara bersamaan pada proses pengkristalan. Coba kalian baca lagi mengenai proses solid solution yang dari albit-anorthosit. Ada hubungannya ko kenapa terjadi kembaran. Yang paling sering terlihat di mineral plagioklas, tapi kembaran juga bisa dilihat di mineral lain seperti piroksen, yang disebut kembaran polisintetik. Macam-macam kembaran pada mineral plagioklas :

1.       Kembaran Carlsbad : yang dicirikan oleh kembaran berupa pasangan gelap dan terang dalam jumlah yang hanya satu pasangan.
2.       Kembaran albit: yang pasangan gelap terangnya lebih dari satu pasangan.
3.       Kembaran carlsbad-albit : yang pasangan gelapnya gabungan antara kembaran carlsbad dan kembaran albit.

Penentuan mineral plagioklas apakah dia anorthosit, bitownit, labradorit, andesin, oligoklas atau albit (ABLAOA) dibedakan dari sudut pemadamannya dan lihat dikurva Michele Levy untuk kembaran bukan yang BF. Hehehe.. Ingat ada tekniknya dalam penentuan sudut kembaran dan pemilihan plagioklas yang tepat. Tanya dosen atau asisten praktikum, soalnya dulu banyak yang salah dalam pemilihan mineral plagioklasnya, ada kriteria tertentu.

Ada trik antara membedakan mineral deret Bowen:
1.      Untuk mineral mafik seperti keluarga olivin, piroksen, hornblende dan biotit dia punya ciri :
a.       Relief tinggi
b.   BF tinggi orde 2-3
c.   Warna coklat

2. Untuk mineral felsik seperti keluarga plagioklas, K-feldspar, Muskovite, Kuarsa punya ciri:
a.   Relief rendah
b.   BF rendah orde 1, kecuali muskovite
c.   Tidak berwarna

Penamaan Mineral di Sayatan Tipi
s
Pada kegiatan praktikum, tujuan akhhirnya adalah kalian bisa menentukan nama-nama mineral yang ada di sayatan tersebut. Pada mulanya, kalian akan diberikan sayatan yang isinya mineral pembentuk batuan seperti olivin, piroksen, amfibol, biotit, k--feldspar, muskovite, kuarsa dan plagioklas. Sebenernya itu bukan nama mineral aslinya, itu adalah nama grup mineral. Namanya grup pasti ada anggotanya, tapi umumnya masih terlihat sama. Jadi sekarang saya akan jelaskan perbedaan antar mineral grup yang anda bisa tebak dengan sekali lihat.

1. Pembeda mineral mafik dan felsik di paralel nikol

1.a Contoh paralel nikol pada mineral mafik dan felsik
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC4V9ethuFkteFsVrOCx1EYcVf07WzROf8sR-WHDFKmikev_-VsT9DG-V1BP9FFOo9lqsuA_8D0Sq1KZx-5aQCyE2J7GtDf6Pwi2CjTl0fBCGQqJOXGup3por4FcGIonPKSc3u35xysVIi/s320/fayalite.png

Gambar 13.Mineral mafik. Mineral fayalite, anggota dari grup mineral olivine. Ini adalah tampak dari paralel nikol, ciri khas dari mineral mafik yaitu relief tinggi (dilihat dari garis-garis tebal di dalam mineral fayalite), warnanya coklat.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6QyBmFWU_ZzlGey2wu8s_oe4KIxfI904uSVg2pPzG38IadWsYJ2_0EBdVYhuLlTX3i_WLoN3LmeBMgx2zRlLBygKYM7_N6GHVePBywU6HSOH_QiTTRvzTPk1igL3KFXqO00uimX8iEUcf/s320/clinoenstatite.png
Gambar 14.Mineral mafik. Mineral diopside . anggota dari submineral clinopyroxene dan anggota dari grup mineral pyroxene. Ini adalah tampak dari paralel nikol, ciri khas dari mineral mafik yaitu relief tinggi (, warnanya agak coklat (tidak terlihat colorless ).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKaE1YayFmXCKn-8mEP8hL4xPrcugvWyjVuPFdflHUMqmNjgTrWdDBheexbqRcSeZW6kArK69lFJ2jZi2MqP6mRbo9igGtjRza8qeMqJNluGZO2s62opiux1UGGxy5N0wB4yrsHHf-_KQS/s320/kuarsa.png

Gambar 15.Mineral felsik. Mineral kuarsa. Ini tampak paralel nikolnya, ciri khas mineral felsik ia reliefnya rendah (dilihat tidak adanya garis-garis tebal di dalam mineral kuarsanya), warnanya colorless, beda kan dengan mineral mafik yang kecoklatan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKDIyr9u9ld6IGORALtwaSIKgCO82FOI1sFzZxENqb5GDgA1LPQYZ-Y7Kyd11n_likYz6Qzzg4H1M7eSw_ryiFVj08NS8piY3K42b4kYC2-tdlbgrHS62AljsUhz72oVU7Zgaf77OHsEAl/s320/muskovite.png
Gambar 16.Mineral felsik. Mineral muskovite, subgrupnya muscovite, grup mineralnya mica, ciri khas mineral felsik ia reliefnya rendah (dilihat tidak adanya garis-garis tebal di dalam mineral muskovitenya), warnanya colorless, beda kan dengan mineral mafik yang kecoklatan.

1.b Contoh cross nikol pada mineral mafik dan felsik

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3zYxOAFUH2Mp22Lz_kbKdKmHqmo0Dm3SDNq-EOSx4-eS4takyf9J_Ws6qvz9hEJOEyiXXp_OI7O6AKqJkRvvqXWfSG1r3rVSbJGL0_UOwYRWR7xq9EuIpw6XU7SsMeFC67LobvpnbTO2r/s320/fayalite+c.png
Gambar 17.Mineral mafik. Mineral fayalite, anggota dari grup mineral olivine. Ini adalah tampak dari cross nikol, ciri khas dari mineral mafik yaitu BF/biasrangkap tinggi (dilihat dari warna mineral yang terang dan berwarna, kalo bf rendah warnanya abu-abu sampai gelap). 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTwUyhkP6a4LVCuQeteGI-D2X5PJd1dliLQUyaKbsOeYb-n2xp9zZJzYvUOq7OdGO6DDTvODGi8P8ktdHMQ6P346u6oa17a29jVS9zsqU77W3rPbpwibM89zvE2oeuqg_xoOhzjgURcMfW/s320/diopside+c.png
Gambar 18.Mineral mafik. Mineral diopside, anggota dari subgrup clinopyroxene dan grup mineral pyroxene. Ini adalah tampak dari cross nikol, ciri khas dari mineral mafik yaitu BF/biasrangkap tinggi (dilihat dari warna mineral yang terang dan berwarna, kalo bf rendah warnanya abu-abu sampai gelap). 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8Vsyph0iySRtMxVMMjvL6NugTFhQGA-OtHr5P4_jBFTxgrJBoEVP1pVV649hTRzOAaf-reFpVsZEhZIf-WhDkd9LL3qyHsg2rTtmRegGjn4Rqd-jyTvC1QBx7fcpzpUX_MU2QxlpMLs0N/s320/kuarsa+c.png
Gamabar 19.Mineral felsik. Mineral kuarsa. Tampak cross nikol, ciri khas mineral felsik adalah BFnya yg rendah (putih-gelap)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUo9UIOaqh5n_5GIsmXSno4XrWAFRDStpOvjhQRLre0fdYta2NRB0Fg-xwmYd1l_1KGmn0YxY7kVUNDy5FZyrDCVj2uW6oXU9zk7p_0yf3V_lu78_NNiNrkfiWKQVxFDcJM-IJp0S4GDbP/s320/muskovite+c.png
Gambar 20.Mineral felsik. Mineral muskovite, subgrup muscovite, mineral grup mica. Tampak cross nikol, ciri khas mineral felsik adalah BFnya yg rendah (putih-gelap) tetapi ada pengeculian untuk mineral subgrup muskovite, yaitu BFnya tinggi seperti mineral mafic, seperti yang sudah saya jelaskan di atas sebelum pembahasan ini. Tapi ingat paralel nicolnya dia tetap punya ciri kas felsik yaitu relief rendah dan warna colorless













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan

granit xpl editgranit ppl edit


              






                                PPL                                                                                                                         XPL

Deskripsi :merupakan batu Granit yang termasuk kedalam batuan beku intrusi, terdiri dari beberapa mineral diantaranya ada kuarsa, feldspar dan plagioklas. Pada batu granit ini mineral kuarsa hamper mendominasi batuan dengan bentuk subhedral – anhedral,tidak ada pleokrisma warna colorless pada orde satu. Relief rendah,wavy extinction terdapat banyak fracture. Sementara itu juga terdapat mineral plagioklas yang terlihat polysintetic twiny serta ditemukannya mineral feldspar yang gelap kehitaman
Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan






diorit kuarsa xpl edit

diorit kuarsa ppl edit

 










                            PPL                                                                                                                            XPL

Deskripsi : batu diatas bernama batu diorite kuarsa yang mana batuan ini selain didominasi oleh kuarsa juga terlihat kenampakkan mineral feldspar yaitu alkali feldspar berupa adularia yang mana alkali memerangkap plagioklas bercirikan penzooningan, parallel extinction,kembaran simple twiny,relief rendah, terdapat pleokrisma, bentuk euhedral memiliki warna colorless.




Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan






gabro xpl edit

gabro ppl edit
 










                       PPL                                                                                                                                  XPL

Deskripsi : batuan gabro ialah batuan berbutir anhedron atau subhedron dari sederhana hingga kasar.konten mineral gabbro ialah plagioklas dan klinopiroksen dengan tanpa ortopiroksen dan olivin





                                    
Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan





DASIT PPL edit


Dasit XPL edit

 





                                                                                                                           


                                XPL                                                                                                         PPL
Deskripsi : batuan dasit  batuan tersebut merupakan batuan gunung berapikan yang berkomposisi hampir sama dengan granodiorit dan tonolit. Mineral utama ialah plagioklas, kuarsa, dan sedikit sanidin semuanya dalam bentuk fenokris. Jumlah plagioklas lebih banyak daripada feldspar alkali.mineral mafik yang biasa ,juga berbentuk fenokris ialah seperti augit dan hipersten.dasar dari dasit biasanya dibarengi olheh kehadiran kaca.






Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan








Rounded Rectangle: polisintetic



gabro xpl edit

gabro ppl edit
 









                                               PPL                                                                                                       XPL
Deskripsi : sayatan batuan diatas merupakan batuan beku yang tergolong dalam batu beku intrusi, memiliki mineral penyusun yang dominan berupa plagioklas, yang bentuknya berupa euhedral – subhedral, warna ppl berupa colorless kecoklatan, pemadaman berupa parallel extinction,kembaran berupa polisintetic twiny.






Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan






GRANIT PPL edit
GRANIT XPL edit

 








                                        PPL                                                                                                                 XPL
Deskripsi : granit kuarsa diatas menunjukkan bahwa batuan diatas hampir 80% tersusun oleh kuarsa dan 10% feldspar , 10% plagioklas.untuk komposisi mineral feldspar sendiri biasanya ortoklas. Merupakan golongan batu beku intrusi.









Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan





REOLIT PPLedit


REOLIT XPL edit

 









                                    PPL                                                                                                                     XPL
Deskripsi : sayatan diatas merupakan sayatan dari batu riolit. Batu ini merupakan batuan gunung apiyang bertektur afanitik, persentase feldspar lebih banyak dibandingkan plagioklas. Kuarsa dalam batu riolit dapat berbentuk butiran ataupun fenokris.Riolit bertekstur porfirit.






Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Rounded Rectangle: Mineral besiLembar Lukisan





Fenolit ppl edit
Fenolit xpl edit
 









                                                 PPL                                                                                                        XPL

Deskripsi :batuan fenolit merupakan batuan yang tersusun dari beberapa mineral yaitu foid (berupa masa dasar), plagioklas, dan feldspar yang berbentuk sanidin. Susunan mineral terdiri dari  alkali feldspar 63%, plagioklas 32%, foid 5% dan mineral besi 5%.





Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Rounded Rectangle: piroksenLembar Lukisan





Peridotit ppl edit
Peridotit xpl edit
 










                    PPL                                                                                                                                     XPL
Deskripsi :sayatan diatas berupa batuan peridotit yang tergolong dalam batu beku ultra basa berbutir sedang – kasar yang kaya dengan olivine dan piroksen. Biasanya holokristal dan berbutir anvhedron, mineral minor bagi peridotit ialah hornblend, plagioklas kapur,kromit dan oksida besi.Batuan diatas untuk olivine dicirikan dengan cleavage 45 derajat dan untuk piroksen 90 derajat. Dengan komposisi mineral olivine 47 %,piroksen 37%,hornblend 16 %,mineral 5%




Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Rounded Rectangle: Fragmen batuan yang berasal dari batuan bekuLembar Lukisan






3

1

 









PPL                                                                                         XPL
Deskripsi : sayatan batuan diatas merupakan batuan sedimen yang bernama batu konglomerat. Dimana fragmen batuan tersebut berasal dari batuan lainnya.terdapat matriks dan semen.








Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Rounded Rectangle: kuarsaLembar Lukisan






4

2

 









PPL                                                                             XPL
Deskripsi : sayatan diatas ialah sayatan batuan sedimen pasir yang di dominasi oleh litik (fragmen batuan) yang berkisar 65% dan mengandung feldspar berkisar 20% dan Quartz 15% dan berdasarkan klasifikasi pettijohn,1987 maka nama batuan diatas ialah batu pasir litik greywacke.







Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Rounded Rectangle: matriksLembar Lukisan






batu greiwek feldspar

greiwek feldspar ppl

 









PPL                                                                                                                                         XPL
Deskripsi : sayatan dia atas merupakan sayatan batuan sedimen (batu pasir feldspar greywacke ),dimana batu pasir tersebut mengandung >15% matriks dan pada batuan pasir tersebut lebih dominan mengandung feldspar yaitu berkisar 60% , Quartz 25% dan litik 15% .






Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan





batu pasir litik kuarsa xpl


litik kuarsa ppl

 











                                      XPL                                                                                       PPL
Deskripsi :sayatan diatas ialah sayatan batu sediment jenis litharenite berdasarkan table pettijohn yang mana batu pasir tersebut memiliki matrik < 15% dan lebih dominan mengandung litik berkisar 60%, feldspar 25% dan quartz 15%






Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan






gamping xpl

gamping ppl

 









                                          PPL                                                                               XPL

Deskripsi :sayatan diatas bernama batu gamping alga dimana tersusun dari matriks dan alga yang terlihat pada sayatan diatas.







Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan







lempung ppl

lempung xpl

 








                        PPL                                                                                                                   XPL

Deskripsi : batuan diatas berupa batu mudstone yang komponennya berupa lumpur sebagai matriks. Berdasarkan diagram pettijhon






Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan






1 xpl

1 ppl

 









                                PPL                                                                                                                         XPL
Deskripsi : merupakan batuan metasedimen diamana mineral-mineral pembentuk batuan sebelumnya masih dapat terlihat seperti kuarsa. Dan pada sayatan terdapat mineral garnet dimana mineral tersebut merupakan penciri batuan metamorf.







Praktikum Mineral Optik dan Petrografi
  
TKG 473

Lembar Lukisan






2 xpl

2 ppl

 










                                       PPL                                                                                            XPL

Deskripsi : merupakan batuan metamorf,yang mana pada batuan terdapat mineral kuarsa,feldspar, amphibol, mika. Yang memiliki ciri khas kuarsa dan feldspar Nampak berselang –seling dengan lapisan tipis kaya amphibol dan mika.





BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mineral optik adalah salah satu cabang keilmuan Geologi yang mempelajari tentang mineral yang ada pada batuan. Masing-masing mineral memiliki sifat optik yang berbeda, dari sisi itu kita mempelajari sifat optik di tiap mineral agar kita mampu membedakan mineral satu dengan yang lainnya, walaupun terlihat sangat mirip tapi masih bida dibedakan dari sifat optiknya. Contoh saat paralel nikol muskovit dan kuarsa berwarna colorless, tapi saat cross nikol muskovit akan memiliki warna terang dan kuarsa akan tetap colorless, dsb.
Mineral optic dapat diamati melalui mikroskop polarisasi, dan batuan yang dapat diamati yaitu antara lain batuan beku, sedimen, piroklastik dan metamorf. Mikroskop polarisasi terdapat nikol sejajar dan nikol silang.
5.2 Saran
            Diharapkan praktikum kedepannya lebih efektif dan dapat ditingkatkan lagi sehingga praktikum berjalan dengan baik.Serta laporan akhir ini dapat ditambahkan atau perbaiki karena laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna.






DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum mineral optic dan perografi, laboratorium teknik geologi, universitas islam riau
Mochhim23,mochim23.blogspot.co.id/2015/01/mineral-optik-dan-petrografi-paralel.html,2015